SOLO--Pengrajin batik di Laweyan, Solo mulai rintis produk ramah lingkungan dengan menggunakan berbagai bahan alami dalam proses pembuatan batik, salah satunya ialah dalam proses pewarnaan.
Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Alpha Febela Priyatmono, mengatakan saat ini pengrajin batik yang menggunakan proses pembuatan produk dengan bahan alami masih jarang. Namun, mereka sudah mulai merintis produk raham lingkungan, utamanya pewarnaan batik.
Alpha mengaku Kampoeng Batik Laweyan sudah bekerjasama dengan masyarakat di Wonogiri dan Desa Balerante Klaten untuk penanaman pohon yang bisa digunakan sebagai bahan pewarna batik. “Balerante akan dikembangkan sebagai hutan lindung. Tapi saya sudah mengusulkan sebagian pohon yang ditanam adalah pohon yang bisa digunakan sebagai pewarna batik,” terangnya saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (9/8/2012).
Menurut Alpha, pewarna sintesis memang memiliki warna yang bagus dan lebih awet, namun limbah pewarna itu sangat berbahaya. Selain karena faktor pencemaran lingkungan, sejumlah pengusaha batik di luar negeri yang ingin kerjasama dengan perajin-perajin di Laweyan biasanya meminta syarat utama untuk menggunakan bahan pewarna alami bisa terpenuhi.
Lebih lanjut, ke depan Alpha ingin perajin di Laweyan tak hanya menggunakan bahan-bahan alami pada proses pewarnaan. Namun bahan baku dan kertas menggambar desain juga harus ramah lingkungan. Menurut Alpha, memang susah mewujudkan mimpi tersebut. Namun ia optimistis bisa. Pasalnya, rencana itu sudah ia konsep mulai saat ini. “Jadi mulai saat ini saya sudah sedikit demi sedikit ingin mewujudkan pewarnaannya dulu memakai bahan alami, lalau proses pelukisan batiknya juga hanya memakai kertas bekas,” tambahnya.