Tajuk
Senin, 6 Agustus 2012 - 11:09 WIB

TAJUK: Operasi Pasar Jangan Sekadar Rutinitas

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ada peristiwa yang selalu terjadi di Indonesia manakala bulan Ramadan dan Idulfitri tiba. Yakni, kenaikan harga kebutuhan pokok. Mulai dari telur, daging sampai gula. Kenaikan harga ini seringkali mencekik masyarakat karena berbarengan dengan kenaikan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dan Idulfitri. Satu langkah andalan yang sering dilakukan pemerintah saat terjadi kenaikan harga sembako adalah operasi pasar (OP).

Operasi pasar dinilai pemerintah menjadi salah satu obat mujarab untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok di pasaran. Saat harga beras dan minyak goreng selangit, pemerintah selalu mengatasi dengan operasi pasar.

Advertisement

Seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu, operasi pasar digelar di beberapa kecamatan di Kota Jogja dengan tujuan menyetabilkan harga beras dan minyak goreng. Selama ini memang komoditas yang bisa diatasi dengan operasi pasar hanya beras dan minyak goreng.

Namun, seberapa efektifkah operasi pasar untuk menyetabilkan harga kebutuhan pokok di pasar? Apakah ada jaminan ketika operasi pasar digelar, harga kebutuhan pokok beringsut turun? Padahal, operasi pasar hanya dilakukan di beberapa wilayah. Selain itu, operasi pasar hanya untuk komoditas tertentu seperti minyak goreng dan beras. Sedangkan di lapangan, kenaikan harga tak hanya pada kedua komoditas tersebut, tapi bisa telur dan daging.

Kita bisa mengambil contoh sebuah fakta di lapangan. Ketika harga telur melambung tinggi pada jelang Ramadan sekitar Rp20.000 di pasar DIY, semua pihak panik. Kenaikan harga disebabkan permintaan yang tinggi sebagai persiapan membuat aneka makanan untuk kebutuhan Ramadan dan Idulfitri, sedangkan stok minim.

Advertisement

Beberapa pihak pun mendesak pemerintah untuk bertindak agar harga telur stabil. Saat itu yang dilakukan pemerintah bukan operasi pasar telur, melainkan memperbaiki distribusi telur di pasar, sehingga antara kebutuhan dan stok seimbang. Karena kenaikan harga bisa dipicu ketidakseimbangan stok dan permintaan. Akhirnya saat ini harga telur pun bisa mencapai level Rp15.000 per kilogram.

Telur memang berbeda dengan beras serta minyak. Namun, marilah kita merenungkan kembali efektivitas dari operasi pasar yang selama ini menjadi kegiatan rutin pemerintah di saat Ramadan dan jelang Lebaran. Jika tujuan operasi pasar untuk memberikan harga murah kepada masyarakat atas beberapa komoditas, jawabannya mungkin iya. Dan ini sifatnya hanya sementara.

Tapi pertanyaan berikutnya, buat apa jika mendapatkan harga murah atas kebutuhan pokok hanya bersifat sementara? Padahal masyarakat tentu ingin harga kebutuhan pokok selamanya murah atau terjangkau. Tidak hanya berumur sehari, seminggu, atau dua minggu. Tapi selalu.

Advertisement

Menurut kami, terkadang memperbaiki sistem distribusi, sistem jual beli di pasar dan memberi sanksi terhadap pengepul jauh lebih efektif untuk menyetabilkan harga daripada operasi pasar. Daripada buang-buang anggaran untuk kepentingan sesaat, mending bertindak efektif tapi untuk tujuan yang berkesinambungan.

Kami berharap pemerintah tidak terjebak pada kegiatan rutin bernama operasi pasar. Jika memang langkah ini dirasa tak efektif untuk menyetabilkan harga komoditas di pasar, buat apa diteruskan. Namun, apa bila operasi pasar dirasa efektif untuk membantu masyarakat tingkat bawah mendapatkan harga murah, mungkin bisa satu kali digelar pada saat yang tepat. Namun, seharusnya diimbangi dengan langkah tegas pemerintah untuk menyetabilkan harga, seperti halnya memperbaiki distribusi barang sehingga antara permintaan dan stok seimbang.

Advertisement
Kata Kunci : Beras Operasi Pasar Rutin
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif