Jelajah
Minggu, 5 Agustus 2012 - 10:50 WIB

WISATA PETUALANGAN: Jongkok Menyusur Perut Si Oyot

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - MENUNDUK—Pengunjung harus banyak menunduk saat menyusuri Gua Si Oyot (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

MENUNDUK—Pengunjung harus banyak berjongkok saat menyusuri Gua Si Oyot (JIBI/Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

Gua Si Oyot pantas dimasukkan dalam daftar perjalanan wisata penyuka tantangan. Untuk masuk dalam gua tanpa cahaya ini, Anda harus jongkok karena tingginya hanya setengah meter. Berani? 

Advertisement

Pintu masuk gua Si Oyot memang sangat kecil dan pendek. Belum lagi, selama perjalanan menyusuri gua, para wisatawan harus melewati genangan air yang penuh lumpur.

Tetapi, ketegangan itu seakan terbayar dengan pemandangan stalagtit yang memesona disorot penerang senter yang dibawa pemandu. Dinding-dinding dan atap gua berhias stalaktit yang terus meneteskan air dari akar-akar pohon di atasnya.

Advertisement

Tetapi, ketegangan itu seakan terbayar dengan pemandangan stalagtit yang memesona disorot penerang senter yang dibawa pemandu. Dinding-dinding dan atap gua berhias stalaktit yang terus meneteskan air dari akar-akar pohon di atasnya.

Gua yang terletak di Gelaran II, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul ini gelap gulita. Wisatawan hanya difasilitasi helm dan sepatu. Itulah sebabnya, wisata ini dinamakan wisata minat khusus karena tidak setiap wisatawan berani mencobanya.

Bila kurang berani, rasa was-was akan selalu menghantui. Pasalnya, setiap jejak langkah kaki ada genangan air dan lumpur dalam posisi badan membungkuk. Ditambah, udara dalam gua yang pengap, sehingga perlu stamina yang baik untuk masuk ke dalamnya.

Advertisement

Gua Si Oyot yang diresmikan September 2011 sebagai tempat wisata ini ditemukan warga sejak puluhan tahun lalu. Sukiran sendiri tidak ingat kapan, sebab sejak ia masih kecil hingga usianya kini 55 tahun, gua tersebut sudah ada.

Menurut legenda, Gua Si Oyot dibuat oleh seekor ular, tak heran jika pintu masuknya sangat sempit. Dalamnya berliku-liku seperti tubuh ular membentuk zig-zag. Ular tersebut melewati sela-sela akar sehingga gua ini disebut Si Oyot atau Sisihaning Oyot. 

Dua Jam

Advertisement

Panjang gua ini 900 meter, ditempuh selama dua jam. Satu perjalanan maksimal 25 orang dengan lima pemandu wisata. Karena jaraknya cukup jauh, wisatawan disilakan istirahat tiga kali. Pada tempat peristirahatan yang ketiga atau setelah jarak tempuh 750 meter dari pintu masuk, ada lubang kecil di atas yang merupakan satu-satunya lubang di gua Si Oyot.

Pada musim penghujan, gua ini ditutup mengantisipasi banjir di dalam gua. Tapi begitu musim kemarau, gua ini dibuka kembali dengan retribusi Rp25.000 per orang. Wisata ini menjadi satu paket dengan Gua Pindul dan susur Kali Oya, dikelola kelompok karangtaruna Wirawisata Gelaran.

Dibanding dengan wisata gua lain yang sudah populer, gua Si Oyot ini termasuk objek wisata yang masih alami. Di sekeliling gua tidak dibangun tempat persinggahan. Untuk menuju gua ini, bisa ditempuh dari sekretariat Wirawisata dengan berjalan kaki sepanjang 300 meter, melewati areal persawahan warga.

Advertisement

“Kami buat alami karena kami tidak ingin merusaknya, makanya kami sebut wisata minat khusus,” jelas Haris Purnawan, Ketua Wirawisata Gelaran.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif