News
Kamis, 2 Agustus 2012 - 21:57 WIB

PILKADA DKI: Foke dan Jokowi Harus Bertemu Rampungkan Isu SARA

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pekerja melipat kaus pesanan pasangan peserta Pilgub DKI Jakarta Jokowi-Basuki dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara), di salah satu perusahaan konveksi, Jalan Cibeunying Permai Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Pemesanan atribut kampanye putaran kedua Pilgub DKI ditempat itu sudah mengalami peningkatan sebanyak 2.000 kaus. Pada putaran pertama pasangan Foke memesan sebanyak kurang lebih 60.000 buah dan pasangan Jokowi memesan sebanyak 30.000 buah kaus. (JIBI/Bisnis Indonesia/Rachman)

Pekerja melipat kaus pesanan pasangan peserta Pilgub DKI Jakarta Jokowi-Basuki dan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli (Foke-Nara), di salah satu perusahaan konveksi, Jalan Cibeunying Permai Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Pemesanan atribut kampanye putaran kedua Pilgub DKI ditempat itu sudah mengalami peningkatan sebanyak 2.000 kaus. Pada putaran pertama pasangan Foke memesan sebanyak kurang lebih 60.000 buah dan pasangan Jokowi memesan sebanyak 30.000 buah kaus. (JIBI/Bisnis Indonesia/Rachman)

JAKARTA – Politisi Senior PDI Perjuangan yang juga Ketua MPR Taufiq Kiemas menyarankan agar dua kandidat Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo atau Foke dan Joko Widodo atau Jokowi bertemu untuk menyelesaikan isu SARA yang berkembang di masyarakat.
Advertisement

Menurut Kiemas, yang dirugikan dari penggunaan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dalam kampanye Pilkada DKI Jakarta adalah kedua kandidat yang bertarung itu sendiri.

“Saya tidak yakin Foke dan Jokowi menggunakan isu SARA sebagai materi kampanye. Mesti ada pihak lain. Makanya keduanya harus bertemu agar tidak berlarut-larut,” ujarnya di rumah dinas Ketua MPR kompleks Widya Candra, seusai buka bersama Presiden, malam ini (2/8/2012).

Kiemas menduga ada pihak-pihak lain yang menghembuskan isu SARA ini untuk kepentingan tertentu. Menurutnya, Jokowi dan Foke sama-sama berideologi nasionalis sehingga minim kemungkinan menggunakan isu SARA untuk materi kampanye untuk memenangkan persaingan. “Pasti ada pihak lain yang bermain. Mungkin Foke dimanfaatkan. Empat calon gubernur dan wakil gubernur ini seharusnya melakukan pertemuan saja dan mendeklarasikan tidak menggunakan isu SARA,” katanya.

Advertisement

Kiemas mengatakan penggunaan isu SARA di era demokrasi modern ini sangat tidak fair dan tidak jantan. Masyarakat sudah cerdas dan mampu membedakan sendiri mana pilihan yang baik atau tidak. Kiemas juga menyatakan siap menjadi fasilitator untuk pertemuan keempat calon gubernur dan calon Wagub ini. “Dua-duanya kan pemimpin, harus berani bertemu. Saya siap memasilitasi,” ujarnya.

Isu SARA mulai berkembang luas di masyarakat Jakarta menjelas putaran kedua Pilkada DKI. Bahkan Panwaslu DKI Jakarta dikabarkan sudah mengantongi satu bukti rekaman ceramah di mesjid yang menggunakan isu SARA dan memojokan calon lain.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif