Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Padamnya listrik saat tengah hari ini terjadi di setidaknya 12 negara bagian, dan menjadi yang terburuk yang pernah terjadi dalam kurun waktu lebih dari satu dekade terakhir. Akibat oglangan ini layanan kereta listrik di Kolkata dan Delhi terhenti dan ribuan penumpang pun terpaksa meninggalkan stasiun. Gedung-gedung perkantoran harus beralih ke generator, sementara lalu lintas di jalanan jadi makin kacau karena lampu-lampu pengatur lalu lintas mati.
“Kami harus menunggu sejam atau sejam setengah, namun selama itu kami mengutamakan pemulihan jaringan kereta dan layanan vital lainnya,” ujar Menteri Energi Sushilkumar Shinde. Shinde menyebut gangguan listrik kali ini terjadi lantaran sejumlah negara bagian mengonsumsi listrik melebihi jatah mereka dari jaringan yang sudah kelebihan beban. “Ini sudah kali kedua terjadi. Saya sudah perintahkan bahwa siapa pun yang mengonsumsi listrik berlebihan akan dijatuhi sanksi,” tegas Shinde.
India yang merupakan negara berperekonomian terbesar di Asia selama ini mengalami defisit listrik pada waktu beban puncak sebesar 10 persen sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi. Masalah kelebihan konsumsi listrik ini diperparah dengan musim kemarau di negara-negara bagian produsen pertanian seperti Punjab dan Uttar Pradesh di daerah aliran Sungai Gangga. Karena hampir tak ada hujan, makin banyak petani yang menggunakan pompa air listrik untuk mengairi ladang mereka.
Industri besar relatif terlindung dari krisis listrik ini karena membangun sendiri pembangkit listriknya atau menggunakan generator. Namun ketidakpastian pasokan ini mengganggu investasi dan menyulitkan sektor usaha kecil dan menengah. Tingginya konsumsi solar yang disubsidi pemerintah oleh para petani dan pengusaha makin memperparah defisit fiskal yang selama ini dijanjikan pemerintah untuk dikendalikan. Namun musim kemarau membuat pemotongan subsidi energi sangat dilematis, khususnya secara politis.