Tokoh
Senin, 30 Juli 2012 - 08:34 WIB

Elizabeth Yuniar: Berbahasa dengan Rasa

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (FOTO: Lutfiyah/JIBI/SOLOPOS)

Elizabeth Yuniar (FOTO: Lutfiyah/JIBI/SOLOPOS)

Tubuh kurus Elizabeth Yuniar anggun terbungkus gaun cerah dominasi warna peach berbalut kardigan putih. Sepatu wedges hitam dan tas jinjing Louis Vuitton yang ia kenakan membuat tampilannya semakin feminin.

Advertisement

Gadis berlesung pipit ini dikenal piawai dalam berpenampilan.  Pengalamannya sebagai Putri Solo II 2010 membuat Eliz, sapaan Elizabeth Yuniar, piawai dalam membawa diri. Prinsip pergaulan Jawa ajining diri gumantung ing lathi, ajining raga gumantung saka ing busana juga ia pegang teguh.

“Saya terkenal rapi. Bagi saya, tampil rapi merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri, saya juga selalu menjaga ucapan,” ujarnya ketika dijumpai Espos, Rabu (18/7).

Advertisement

“Saya terkenal rapi. Bagi saya, tampil rapi merupakan bentuk penghargaan terhadap diri sendiri, saya juga selalu menjaga ucapan,” ujarnya ketika dijumpai Espos, Rabu (18/7).

Prinsip yang umumnya dipegang teguh orang-orang yang telah berusia matang itu siapa sangka terpatri kuat dalam diri gadis berusia 21 tahun ini.

Di banding perempuan seusianya, Eliz merupakan satu dari sedikit perempuan yang mau belajar, berjuang dan berusaha keras demi meraih pencapaian-pencapaian yang lebih tinggi dalam hidupnya.

Advertisement

“Saya tidak percaya bisa terpilih sebagai Duta Bahasa, padahal lawan saya semuanya pintar-pintar bahkan banyak yang lulusan pascasarjana dan doktor, ada juga PNS yang pakar di bidang bahasa Indonesia. Sementara saya kuliah saja belum lulus,” ujarnya merendah.

Tapi, melihat gaya bicara dan tutur kata Eliz yang tertata rapi plus pengetahuannya yang luas, predikat sebagai Duta Bahasa tidaklah mustahil disandangnya. Dalam pemilihan Duta Bahasa yang digelar berbarengan dengan acara peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun lalu, Eliz dan rekannya, Hanif Fuadi Mubin, perwakilan dari Solo mampu menjawab pertanyaan dewan juri dan memberi argumen-argumen cerdas. Salah satunya tentang rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI). Menurutnya, banyak orang bahkan sekolah yang keliru menerapkan RSBI dengan menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah.

“RSBI menurut saya yang internasional itu tarafnya bukan bahasanya. Tapi sekarang orang menilai RSBI itu sekolah berbahasa Inggris, seharusnya bahasa Inggris itu jadi muatan lokal saja, jangan menjadi bahasa utama karena nanti bahasa Indonesia bisa tergerus,” terangnya.

Advertisement

Menjadi Duta Bahasa Nasional 2011 diakuinya merupakan pengalaman berharga. Selama menyandang gelar itu, hari-hari Eliz banyak diwarnai dengan berbagi pengalaman, menjadi pembicara seminar kebahasaan maupun membawakan acara yang menyangkut kebahasaan khususnya di kalangan generasi muda.

“Saya dan Hanif sudah merancang berbagai kegiatan. Kami akan masuk ke taman baca dan menyuplai buku dari Kemendikbud ke sana tapi kemungkinan baru terealisasi  setelah Lebaran,” ujarnya penuh semangat.

Saat ini, Eliz juga tengah gencar-gencarnya menyosialisasikan pemakaian bahasa Indonesia yang benar. Hal itu merupakan bagian dari tugasnya, apalagi bahasa tutur yang dipakai orang kini sudah tercampur dengan bahasa lain. Tanpa canggung, Eliz bahkan pernah mengajak Walikota Solo, Joko Widodo untuk mengutamakan pemakaian kata bahasa Indonesia.

Advertisement

“Dalam acara ramah-tamah, saya pernah mengajak Pak Jokowi supaya mengganti pemakaian kata mik menjadi pelantang karena mik itu kan asalnya bahasa asing,” bebernya.

Begitu juga dengan kata-kata lainnya juga aktif ia sosialisasikan seperti tisu padanan bahasa Indonesianya adalah selampai kertas dan snack dalam bahasa Indonesia berarti kudapan dan slide yang berarti salindia. Tanpa sadar, lanjutnya, orang justru lebih suka pakai bahasa yang bukan miliknya sendiri.

“Kalau penutur bahasa Indonesia semakin sedikit, lama-lama bahasa Indonesia bisa punah, belum lagi bahasa di sinetron-sinetron sangat berpengaruh sekali,” ungkapnya prihatin.

Karena itu, gadis yang bercita-cita menjadi konsultan public relations ini berusaha memberi contoh dengan mengutamakan bahasa Indonesia dan meminimalisasi pemakaian bahasa asing.

“Semua itu ada tempatnya, kapan harus berbahasa asing dan berbahasa Indonesia. Di Facebook dan Twitter pun saya selalu mengusahakan memakai bahasa Indonesia. Semua itu lebih pada kesadaran  bahwa kita sebagai orang Indonesia punya bahasa sendiri, apalagi bahasa itu erat kaitannya dengan rasa,” katanya.

Selain pintar, gadis yang memiliki banyak profesi mulai dari penyanyi, model dan guide ini juga pandai bergaul termasuk menjaga persahabatan dengan siapa pun tanpa memandang latar belakang sosial. Ia yang terlahir dari keluarga Nasrani mengaku orang yang menjunjung tinggi toleransi dalam beragama.

“Setiap orang punya jalan masing-masing menuju kebaikan. Toleransi saya pegang baik-baik karena saya tidak hidup sendiri,” imbuhnya.

Advertisement
Kata Kunci : BERBAHASA Dengan Rasa
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif