Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Yomna di akunnya mengeluh bahwa barang bajakan itu begitu kentara. “… Tas kami punya logo Nike besar, tapi ritsletingnya ternyata bermerk Adidas,” ujarnya. Yomna menyebut pula bahwa para pejabat berwenang negerinya ternyata bersikap cuek dengan masalah ini. “Kalau mau ambil, kalau enggak mau ya terserah,” begitu gambaran sikap para pejabat menurut Yomna.
Si pemilik merk, Nike, kabarnya sudah langsung mengirimkan surat peringatan kepada Komite Olimpiade Mesir. Pihak Komite saat dihubungi media akhirnya mengaku bahwa kontraktor penyedia seragam dan perlengkapan perorangan para atlet telah memasok mereka dengan barang-barang palsu.
Jenderal Mahmoud Ahmed Ali, Presiden Komite Olimpiade Mesir, mengakui pula mereka meneken kontrak dengan sebuah perusahaan pemasok asal China karena memberi mereka harga sangat murah, yang sesuai dengan kondisi perekonomian Mesir yang tengah tidak kondusif. Dia sendiri menyebut busana dan perlengkapan timnya itu “sudah pantas.” Sang jenderal juga menunjukkan sikap tak mau disalahkan terkait penggunaan barang bajakan itu. Menurut dia, kalau Nike mau mempersoalkan masalah hak cipta, maka perusahaan Amerika itu harus meminta pertanggungjawaban perusahaan China yang menjadi mitra pemasok barang bagi Mesir, dan bukannya Komite Olimpiade Mesir.
Belum jelas apakah Nike akan melanjutkan keluhannya dengan gugatan hukum. Menurut laporan BBC, Nike dan pihak Komite tengah membicarakan masalah ini.
Bagaimana dengan para atlet. Dalam kicauannya yang lain di Twitter, Yomna mengungkapkan dia dan rekan-rekannya terpaksa keluar uang ekstra untuk membeli busana dan perlengkapan yang asli sebelum berangkat ke London. Koran New York Times melaporkan busana dan perlengkapan baru yang asli sudah dijanjikan bakal diberikan sebelum upacara pembukaan Olimpiade London, Sabtu, meski belum jelas siapa yang bakal menanggung biayanya.