Soloraya
Jumat, 27 Juli 2012 - 19:12 WIB

DIALOG PUBLIK: Lawan Komunisme, Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Guru Besar Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS), Totok Sarsito (kedua kanan) menjadi pembicara pada dialog publik Peran Tokoh Agama dan Masyarakat dalam Menghadapi Kembalinya Komunisme di Indonesia, di Kantor Nahdlatul Ulama (NU) Solo, Jumat (27/7/2012). (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

Guru Besar Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS), Totok Sarsito (kedua kanan) menjadi pembicara pada dialog publik Peran Tokoh Agama dan Masyarakat dalam Menghadapi Kembalinya Komunisme di Indonesia, di Kantor Nahdlatul Ulama (NU) Solo, Jumat (27/7/2012). (Nadhiroh/JIBI/SOLOPOS)

SOLO—Ratusan orang dari berbagai elemen masyarakat menghadiri dialog publik Peran Tokoh Agama dan Masyarakat dalam Menghadapi Kembalinya Komunisme di Indonesia, di Aula Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Solo, Jumat (27/7/2012).

Advertisement

Hadir sebagai pembicara Guru Besar Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret (UNS), Totok Sarsito, Kepala Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Abdullah Faishol dan Pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) Dagen Karanganyar, Pdt Novembri Choeldahono.

Totok menyampaikan komunis mulai populer di tahun 1917 ketika Lenin berhasil mendirikan kediktatoran proletariat di Rusia dengan Partai Komunis sebagai penguasa tunggal.

Advertisement

Totok menyampaikan komunis mulai populer di tahun 1917 ketika Lenin berhasil mendirikan kediktatoran proletariat di Rusia dengan Partai Komunis sebagai penguasa tunggal.

Faishol mengemukakan komunisme adalah salah satu ideologi di dunia. Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan dengan prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.

Pada kesempatan itu, Totok menyebutkan pentingnya agama di dalam kehidupan manusia. Dia menuturkan ilmu pengetahuan saja tidak cukup bagi manusia. Menurut ilmuwan barat, imbuhnya, agama tanpa ilmu pengetahuan buta dan ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh. Keduanya saling membutuhkan dan melengkapi.

Advertisement

Totok menyatakan tidak ada segala sesuatu yang tidak bisa dikritik, semua bisa dikritik termasuk agama. Kalau memang agama menjadi salah satu alat kehidupan manusia agar lebih baik, maka perlu dipertanyakan di mana peran agama, kenapa banyak masyarakat masih miskin.

Dia menegaskan untuk melawan komunisme cara yang bisa dilakukan yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Agama sangat dituntut partisipasinya.

“Bagaimana supaya agama bisa lebih berperan, membuat nurani cerah sehingga membawa akal ke mana-mana agar tidak tersesat,” lanjutnya.

Advertisement

Pernyataan senada disampaikan Faishol dan Novembri. Faishol menyatakan agama punya peran penting. Agama diselewengkan karena oknum. Hakikatnya agama merupakan transformasi sosial.

Dia melihat kehidupan di Indonesia luar biasa dengan adanya pedoman, satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Soal komunis, Fasihol mengatakan hilangkan luka lama, pengampunan itu lebih baik guna menyongsong seseuatu yang baru. “Di dalam Islam, pengampunan lebih baik dari dendam,” ujarnya.

Novembri menuturkan pelaksanaan ritual di dalam agama itu penting. Setelah itu, imbuhnya, harus dilanjutkan dengan aksi, bergerak ke agama yang hidup.

Advertisement

“Menjadikan agama yang bisa bermanfaat. Agama-agama perlu didaur ulang dan dikritik. Kita bangun sebuah agama yang hidup dan berbagi kebahagiaan,” ucapnya.

Dia menambahkan perjuangan hak asasi manusia (HAM) terus dilakukan. Agama penting berperan positif dalam memerangi kemiskinan dan ketidakadilan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif