News
Minggu, 22 Juli 2012 - 14:25 WIB

HARI ANAK NASIONAL: Mahasiswa Tuntut Kebijakan Pro Anak

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah anak bernyanyi saat mengikuti aksi unjuk rasa dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional yang diselenggarakan oleh BEM FKIP UNS di Jl Slamet Riyadi, Solo, Minggu (22/7/2012). Dalam acara itu, penyelenggara juga mengimbau orangtua untuk membatasi anak menonton tayangan televisi orang dewasa dan bermain game online. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Sejumlah anak bernyanyi saat mengikuti aksi unjuk rasa dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional yang diselenggarakan oleh BEM FKIP UNS di Jl Slamet Riyadi, Solo, Minggu (22/7/2012). Dalam acara itu, penyelenggara juga mengimbau orangtua untuk membatasi anak menonton tayangan televisi orang dewasa dan bermain game online. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS menuntut pemerintah lebih memperhatikan kebijakan yang pro anak. Dalam aksi yang digelar Minggu (22/7/2012), dilibatkan pula sejumlah anak dari dusun binaan mahasiswa yang diajak menyerukan aspirasi dan kebutuhan mereka akan situasi lingkungan yang mendukung perkembangan psikologis dan pola pikir mereka.
Advertisement

Berbaur dengan para mahasiswa, anak-anak itu duduk di area car free day Jl Slamet Riyadi sambil membentangkan spanduk bertuliskan “Anak Negeri Butuh Tontonan yang Terpuji,” “Tuntun Kami ke Jalan yang Benar” dan spanduk lain yang senada. Mereka juga menyanyikan lagu anak-anak serta memainkan sejumlah permainan tradisional.

Koordinator aksi itu, Aminudin, kepada wartawan mengungkapkan, aksi itu didasari oleh keprihatinan terhadap situasi yang dihadapi anak-anak zaman sekarang, dengan gempuran tontonan televisi yang kurang mendidik, maraknya game online di perkampungan, keleluasaan menggunakan sepeda motor maupun perangkat teknologi canggih tanpa pengawasan yang memadai, serta kenyataan bahwa anak-anak sekarang lebih hapal lagu-lagu orang dewasa ketimbang lagu anak-anak, bahkan lagu kebangsaan.

“Kami sebagai calok pendidik sangat miris melihat situasi itu. Semua itu karena lepasnya tanggung jawab dari orangtua dan kebijakan pemerintah yang tidak pro anak, sehingga anak mengalami proses tumbuh kembang yang tidak natural. Banyak anak yang dewasa sebelum waktunya dan kehilangan momentum mereka,” papar Aminudin.

Advertisement

Ada lima rekomendasi yang diberikan oleh para mahasiswa itu agar diperhatikan oleh orangtua dan dituangkan oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan. Pertama, membatasi anak dalam menonton tayangan televisi untuk dewasa. Kedua, membatasi anak bermain game online. Ketiga, melarang tegas anak di bawah umur mengendarai sepeda motor atau memberikan perangkat teknologi canggih. Keempat, mengenalkan anak dengan lagu dan permainan anak, dan terakhir, membatasi pergaulan anak dari lingkungan orang dewasa.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif