Soloraya
Jumat, 13 Juli 2012 - 08:24 WIB

DISKRIPSI BENDA CAGAR BUDAYA Dinilai Kurang

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rumah Arca di Taman Kridanggo Boyolali dijadikan Balai Pelestarian Penginggalan Purbakala (BP3) Jateng sebagai tempat pengumpulan temuan beda purbakala dari berbagai wilayah Boyolali. Foto diambil baru-baru ini. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Rumah Arca di Taman Kridanggo Boyolali dijadikan Balai Pelestarian Penginggalan Purbakala (BP3) Jateng sebagai tempat pengumpulan temuan beda purbakala dari berbagai wilayah Boyolali. Foto diambil baru-baru ini. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Kekayaan potensi benda cagar budaya di Boyolali dinilai kurang seimbang dengan diskripsi nilai jejak peninggalan sejarahnya. Saat ini, temuan-temuan benda bersejarah terinventarisasi secara wujud. Namun, warga belum bisa menikmati subtansi yang bisa dipetik dari masing-masing temuan itu.

Advertisement

Hal itu salah satunya bisa dilihat dari keberadaan pusat invetarisasi arca-arca purbakala di Rumah Arca yang diurus Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng bertempat di taman Sono Kridanggo, Boyolali Kota. Koordinator BP3 Jateng untuk wilayah Boyolali, Iskandar, mengamini kondisi itu. “Memang untuk diskripsinya belum,” katanya saat ditemui Solopos.com, belum lama ini.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Boyolali, Sugiyanto, juga mengonfirmasi hal itu. Dia mengakui Boyolali butuh penyeimbangan temuan benda purbakala dengan hasil penelitian agar bisa dipaparkan secara detil kepada warga. Hal itu dikatakannya sebagai upaya konkret melestarikan budaya bangsa.

“Sebenarnya butuh, jadi jejak peradaban bisa diserap warga secara detil,” katanya kepada Solopos.com, Kamis (12/7/2012).

Advertisement

Sugiyanto menjelaskan minimal upaya itu dibantu oleh ahli yang membidangi masalah antropologi dan arkeologi. Dia mengaku telah mengupayakan hal itu namun masih menemui berbagai kendala. Salah satu upaya itu, lanjut dia, dilakukan dengan membuat tembusan kepada Dinas Pendidikan Nasional, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Boyolali. “Saat kami komunikasikan kepada Diknas, diterangkan dibutuhkan ahli. Dan [staf] yang ada saat ini terkendala sertifikasi,” tukasnya.

Meskipun demikian, Sugiyanto masih berharap hal itu dipertimbangkan. Pasalnya, terdapat ratusan benda cagar budaya yang ditemukan di Boyolali terinventarisasi. Dia menginginkan hal itu dilengkapi dengan informasi dengan kekayaan sudut pandang. Hal itu dinilainya penting untuk menguatkan profil Boyolali.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif