Entertainment
Rabu, 4 Juli 2012 - 23:42 WIB

KRETAKENCANA WORLDMUSIC FESTIVAL: Racikan Apik dalam Pesta Musik Etnik

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kolaborasi Ully Sigar Rusady asal Jakarta, menghibur penonton pada hari pertama pagelaran Kretakencana Worldmusic Festival (KWF) di eks Pabrik Gula Colomadu, Karanganyar, Rabu (4/7/2012) malam. Hari pertama KWF dimeriahkan sejumlah artis diantaranya PSM Voca Erudita, Angklung Paglak, Ully Sigar Rusady, Golden Water, Etno Ensemble dan, Hudoq. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Kolaborasi Ully Sigar Rusady asal Jakarta, menghibur penonton pada hari pertama pagelaran Kretakencana Worldmusic Festival (KWF) di eks Pabrik Gula Colomadu, Karanganyar, Rabu (4/7/2012) malam. Hari pertama KWF dimeriahkan sejumlah artis diantaranya PSM Voca Erudita, Angklung Paglak, Ully Sigar Rusady, Golden Water, Etno Ensemble dan, Hudoq. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Gelaran Kretakencana Worldmusic Festival (KWF) di  Eks Pabrik Gula (PG) Colomadu, Karanganyar, resmi dibuka pada Rabu (4/7) malam. Wartawan SOLOPOS, Chrisna Chanis Cara, dan wartawan magang SOLOPOS, Andi Sumarsono, menuangkan tulisan tentang acara tersebut.

Advertisement

Spektakuler! Gelaran hari pertama Kretakencana Worldmusic Festival (KWF) di Eks Pabrik Gula (PG) Colomadu Karanganyar sukses membius ribuan penonton yang memadati acara. Tak hanya sajian musiknya yang terasa spesial, pentas yang dimeriahkan 600-an performer ini juga dilengkapi dengan permainan pencahayaan maksimal.

Bius musik etnik sudah terasa ketika penampil pertama, Ully Sigar Rusady, menyuguhkan tembangnya. Ully yang membawa putri tunggalnya, Elsa F Sigar, untuk mengisi keyboard, tampil bersemangat membawakan Salam Manis Perdamaian. “Musik adalah bahasa perdamaian, musik adalah bahasa persatuan,” tutur Ully yang malam itu mengenakan kostum kombinasi merah dan hitam.

Advertisement

Bius musik etnik sudah terasa ketika penampil pertama, Ully Sigar Rusady, menyuguhkan tembangnya. Ully yang membawa putri tunggalnya, Elsa F Sigar, untuk mengisi keyboard, tampil bersemangat membawakan Salam Manis Perdamaian. “Musik adalah bahasa perdamaian, musik adalah bahasa persatuan,” tutur Ully yang malam itu mengenakan kostum kombinasi merah dan hitam.

Berbekal gitar akustik, musisi yang peduli dengan pelestarian alam ini tampil memikat. Kesan etnik seolah melekat lewat vokal melengking yang berpadu dengan petikan gitar renyah. Memasuki lagu kedua, Musim Tanam, Ully menunjukkan kebersahajaannya terhadap alam.

Lagu yang pernah meraih penghargaan di Festival Musik Sarajevo ini mampu mengajak penonton bertepuk tangan mengikuti irama. Sebelumnya, kakak artis Paramitha Rusady ini juga membawakan Nyanyian Hutan, berkolaborasi dengan kelompok anak KM 7.

Advertisement

Nuansa etnik semakin menjadi saat Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Voca Erudita Universitas Sebelas Maret Solo menyuguhkan deretan lagu folklore-nya. Lagu khas Jakarta, Ondel-Ondel, menjadi salam pembuka Voca Erudita. Berbekal goyangan dan gerakan tangan, personel Voca menyanyi menirukan Ondel-Ondel. Suasana gayeng tercipta saat Voca membawakan Aja Dipleroki. Voca Erudita juga membawakan lagu daerah seperti Toki Tifa dan Yamko Rambe Yamko.

Penonton dibuat terpesona saat Angklung Paglak menampilkan karyanya. Kelompok asal Banyuwangi ini bermain di rumah bambu setinggi 10 meter. Sorot cahaya tampak menyinari aksi Paglak di sisi panggung. Di Banyuwangi, kesenian yang memadukan angklung dengan kendang ini sering dimainkan di persawahan untuk mengusir burung. “Unik sekali. Baru kali ini saya melihat kesenian angklung khas,” kata seorang penonton, Andi, 31.

Warga Jebres ini tertarik menonton KWF lantaran bosan dengan pentas musik yang ada. Ia mengaku tak ambil pusing dengan konflik dalam perjalanan KWF. “Saya cuma tertarik musiknya.”

Advertisement

Malam itu, KWF juga menghadirkan penampilan Golden Water, Etno Ensemble dan Hudoq.

Terpisah, Bupati Karanganyar, Rina Iriani, mengatakan acara yang sedianya dilaksanakan di Solo lalu dipindah ke eks PG Colomadu itu merupakan pilihan masyarakat. “Perlu digarisbawahi bagi pejabat birokrasi yaitu Karanganyar bukan  tempat pelarian tetapi Karanganyar memang dipilih oleh masyarakat,” ujarnya.

Dia berharap jangan ada polemik tentang pemilihan tersebut karena kegiatan ini tidak hanya milik Karanganyar tetapi milik Soloraya. Dia berharap melalui acara tersebut bisa mengenalkan musik etnik Karanganyar kepada dunia internasional karena ini bukan acara level nasional. Selain itu, juga bisa menarik investor untuk menanamkan modal di Karanganyar.

Advertisement

Penampil KWMF Kamis (5/7) besok:
1.    Avijit Ghosh (India).
2.    Jamal Mohamed (Amerika) .
3.    Rythm de Pasion (Singapura).
4.    Ensemble I La Galigo (Makassar).
Sumber: panitia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif