News
Selasa, 3 Juli 2012 - 22:02 WIB

KEKERINGAN: 14 Daerah di Jateng Rawan Kekeringan

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

SEMARANG–Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng mendata sebanyak 14 kabupaten/kota rawan bencana kekeringan, pada musim kemarau 2012.

Advertisement

Kepala BPBD Jateng, Sarwa Pramana, mengatakan musim kemarau diperkirakan terjadi pada akhir Juni-Oktober mendatang. ”Sedang puncak musim kemarau di Jateng terjadi antara Agustus-September 2012,” katanya kepada wartawan di Semarang, Selasa (3/7/2012).

Dari pendataan terhadap 35 kabupaten/kota, lanjut ia, ada sebanyak 14 daerah merupakan rawan bencana kekeringan, terutama kekurangan air bersih. Daerah itu antara lain, Grobogan, Blora, Rembang, Pati,  Wonogiri, Sragen,  Semarang, Batang, Cilacap, Banjarnegara, Purworeajo, Pemalang, Kebumen, dan Brebes.

BPBD Jateng, sambung ia, sudah meminta kepada kabupaten/kota yang rawan bencana melaporkan kondisi tingkat kekeringan di daerah masing-masing. Tujuannya supaya bisa dilakukan langkah antisipasi, misalnya melakukan droping air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga.  ”Kami telah menginstruksikan kepada BPBD kabupaten/kota mengalokasikan anggaran dana pengadaan air bersih,” tambahnya.

Advertisement

 Belum Maksimal

Menurut ia, penanganan kekeringan diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota. Kalau daerah tak mampu, akan ditangani tingkat Badan Koordinasi Wilayah (bakorwil).  ”BPBD Jateng tetap menyiapkan bantuan bila dibutuhkan,” imbuhnya.

Sementara anggota Komisi D DPRD Jateng, Hadi Santoso, menyatakan pemerintah belum melakukan langkah antisipasi bencana kekeringan secara maksimal. Padahal, ujar dia, di Jateng terdapat banyak sumber daya air cadangan yang selama ini belum dikelola secara maksimal, seperti di Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri. ”Kalau sumber daya air cadangan ini dikelola dengan baik, bisa membantu mengatasi kekurangan air pada musim kemarau,” ujar dia.

Advertisement

Di samping itu, lanjut anggota Dewan dari FPKS ini, pemerintah juga tak segera melakukan pengerukan waduk yang mengalami pendangkalan, sehingga debit air menyusut. Beberapa waduk di Jateng, misalnya Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri.  ”Kekeringan memang fenomena alam, namun bila dilakukan langkah antisipasi sejak awal bisa diatasi,” kata dia.

Advertisement
Kata Kunci : Jateng Dan DIY Kekeringan
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif