Jelajah
Senin, 25 Juni 2012 - 11:45 WIB

MONJAYA: Mengenang Kejayaan Maritim Indonesia

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) di daerah basis TNI AL Ujung Surabaya sebelah barat Dermaga Madura. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) di daerah basis TNI AL Ujung Surabaya sebelah barat Dermaga Madura. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Patung raksasa perwira TNI AL setinggi 31 meter berdiri megah di tepi laut sebelah barat dermaga Madura, Jawa Timur. Berpose menatap ke laut teduh, patung yang menghabiskan biaya Rp27 miliar itu menjadi simbol kejayaan maritim Indonesia.

Advertisement

Itulah Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya) yang dibangun 1990 silam pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto. Jalesveva Jayamahe yang berarti “di laut kita tetap jaya” menjadi penanda dan peningat bagi generasi saat ini hingga mendatang bahwa Indonesia adalah bangsa pelaut.

Kisah sukses kejayaan maritim Indonesia tercatat di berbagai bukti sejarah mulai sejak Kerajaan Sriwijaya, Majapahit hingga pada masa perjuangan kemerdekaan. Siapa yang tak tahu cerita Patih Gadjah Mada yang menguasai Nusantara dengan sumpah palapanya. Semuanya dimulai dengan membangun armada laut yang tangguh. Kejayaan itu dilanjutkan pada perjuangan kemerdekaan. Kisah sukses armada perang AL saat merebut Irian Barat dari tangan Belanda lewat peperangan di samudera.

Kejayaan maritim Indonesia terdokumentasi di Museum Monjaya. Sebuah catatan di antaranya menyebutkan, Indonesia saat itu memiliki kelengkapan alutsista seperti kapal selam yang dapat meluncurkan rudal, tank amfibi serta berbagai kecanggihan alat pertahanan pada masa itu.

Advertisement

Kekuatan pertahanan RI serta kasus perebutan Irian Barat membuat negara-negara di dunia menyegani Indonesia. Dikisahkan kapal induk Inggris HMS Victorious pun harus bersiaga penuh saat melintasi selat Lombok.

Kini setelah kemerdekaan berhasil direbut, kebesaran Indonesia di samudera tak lagi sejaya masa lampau. Berbagai persoalan seperti sengketa perbatasan atau pencurian ikan oleh nelayan asing kini sudah biasa bagi bangsa yang nenek moyangnya pelaut ini.

“Memang kondisi seperti itu masih ada, pencurian ikan, sengketa perbatasan, tapi sudah berkurang,” ungkap Pemandu Dinas Potensi Maritim Angkatan Laut Surabaya, Siswondo di sela-sela lawatan sejarah puluhan siswa SMA DIY, Jateng dan Jatim yang dihelat Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta pekan lalu.(ali)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif