Jogja
Rabu, 20 Juni 2012 - 10:45 WIB

WISATA SEJARAH: Jejak Kode Rahasia Tertinggal di Jogja

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PAJANGAN—Sepeda yang digunakan pada masa perjuangan kemerdekaan ikut dipajang di Museum Sandi Jogja. Sepeda merupakan salah satu sarana transportasi yang digunakan kurir untuk mengantarkan pesan yang tertulis dalam bentuk sandi. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

PAJANGAN—Sepeda yang digunakan pada masa perjuangan kemerdekaan ikut dipajang di Museum Sandi Jogja. Sepeda merupakan salah satu sarana transportasi yang digunakan kurir untuk mengantarkan pesan yang tertulis dalam bentuk sandi. (JIBI/Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Menapaki ruangan Museum Sandi yang terletak di Jalan Kol. Soegiono Jogja serasa menerawang ke era 60-an.

Advertisement

Sejak menuruni anak tangga bagian bawah gedung yang menyatu dengan Museum Perjuangan itu, para pengunjung bakal dibuat takjub dengan benda-benda dan simbol-simbol yang tak biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

Museum Sandi yang resmi berdiri sejak 2008 lalu lewat prakarsa Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X ini memamerkan berbagai hal mengenai persandian. Sedikitnya ada 68 koleksi persandian sejak 1940 hingga sekarang. Mulai dari sejarah sandi serta jenis-jenis kode rahasia dari berbagai negara tak terkecuali Indonesia.

Berbagai kepingan tembaga bertuliskan kode rahasia, algoritma hingga mesin pembuat sandi ada di gedung bundar ini. Bahkan sepeda yang digunakan para kurir untuk mengantarkan kode rahasia pada masa perjuangan kemerdekaan RI juga dipajang.

Advertisement

Dahulu sistem persandian digunakan sebagai sarana untuk melawan penjajah kolonial. Para pejuang kala itu menyepakati kode-kode rahasia untuk berkomunikasi agar tak dapat terbaca oleh penjajah.

“Di Indonesia sistem persandian ini mulai dikenal sejak masa perjuangan melawan penjajahan,” kata Tampil Chandra Nur Goeltom pengelola Museum Sandi di sela-sela lawatan sejarah puluhan siswa SMA DIY, Jateng dan Jatim yang dihelat Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Selasa (19/6) lalu.

Jenis sandi yang digunakan pun masih sederhana, berupa simbol yang ditulis secara manual. Sebagian di antaranya menggunakan tokoh wayang yang juga mencirikan sandi di Indonesia dengan negara lain.

Advertisement

Jogja yang pernah menjadi Ibu Kota RI pada 1946-1949 juga berperan besar dalam pengembangan persandian. Sejumlah pakar persandian kala itu juga berasal dari Jogja. Di antaranya dr. Roebiono Kertopati, seorang dokter di Kementerian Pertahanan yang membentuk badan pemberitaan rahasia yang disebut Dinas Code dan membangun pemancar radio telegrafi.

Pasca-kemerdekaan, peran sistem persandian mulai bergeser. “Kalau sebelumnya untuk melawan penjajah secara fisik lewat komunikasi rahasia, sekarang untuk perang ekonomi, jadi bukan perang otot tapi otak,” kata Rangga pengelola museum lainnya.

Sistem persandian yang kuat di sebuah negara, menurutnya, menandakan kekuatan negara itu melindungi diri dari mata-mata negara lain yang mencari kelemahan bangsa Indonesia.

Selain antar negara, sistem persandian juga digunakan antarinstansi pemerintah. Misalnya komunikasi mengenai kebijakan yang masih dirahasiakan atau belum dibuka ke publik. Sistemnya pun lebih modern tak lagi manual. Kebanyakan menggunakan sistem komputerisasi. (ali)

Advertisement
Kata Kunci : Jogja Museum Sandi Sejarah
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif