News
Rabu, 13 Juni 2012 - 13:48 WIB

Mengapa Manusia Purba Punah? Ini Jawabnya

Redaksi Solopos.com  /  Amiruddin Zuhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

LONDON—Para ilmuwan telah menemukan bukti kuat bahwa badai meteor telah menghantam bumi sekitar 12.000 tahun lalu. Peristiwa alam inilah yang memusnahkan orang-orang pra sejarah dan hewan raksasa pasca dinosaurus seperti mammoth.

Bukti adanya badai dahsyat itu ditemukan di dua benua. Para peneliti yakin kejadian itu memicu perubahan suhu yang luar biasa sehingga memunculkan kerusakan dengan skala luas.

Advertisement

Tim peneliti gabungan dari berbagai negara tersebut menemukan beberapa materi seperti kaca meleleh yang diperkirakan dibentuk oleh suhu sekitar 2.2000 derajat celcius. Materi semacam itu ditemukan dalam lapisan batu tipis di Pennsylvania dan South Carolina di Amerika serta di Suriah. “Suhu ekstrem yang diperlukan sama dengan hasil dari ledakan bom atom yang sangat kuat hingga membuat pasir mendidih dan meleleh,” kata James Kennett, Profesor Ilmu Bumi dari UC Santa Barbara.

Lelehan kaca semacam itu juga ditemukan di kawah metor yang ada di Arizona dan juga cocok dengan lelehan kaca yang dihasilkan dari ledakan nuklir di New Mexico yang pada 1945.

Temuan ini mendukung teori yang menyebutkan tabrakan asteroid pada sekitar 12.900 tahun lalu telah memicu awal dari periode dingin yang tidak biasa di bumi. Inilah yang menyebabkan kepunahan luas kehidupan manusia dan hewan.

Advertisement

Pada periode dingin yang dikenal sebagai the Younger Dryas itu mengakibatkan kehidupan besar di Amerika Utara termasuk mommoth dan cacing tanah raksasa musnah dari bumi. Bersamaan dengan itu musnah pula sejumlah budaya seperti Clovis salah satu kelompok manusia moderen masa itu.

Prof Kennett menambahkan bahwa situs arkeologi di suriah di mana bukti adanya badai meteor besar ditemukan awalnya juga merupakan permukiman. Di sini pada masa itu telah tinggal masyarakat yang sudah membentuk tempat tinggal permanen.

“Di daerah ini ditemukan lapisan arang tebal yang menunjukkan adanya kebakaran besar kala itu,” tambahnya seperti dikutip Daily Mail, Selasa (12/6). Studi ini diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif