Kolom Jogja
Jumat, 25 Mei 2012 - 09:51 WIB

PERCIKAN BENING: Amanah Sebelum Terlelap

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sebelum diakhiri dengan doa khataman, Majlis Sema’an Alquran & Dzikrul Ghofilin Moloekatan Gus Miek Kamis Legi lalu ditandai dengan qiraatul kutub atau pembacaan kitab.

Salah satu yang dibahas adalah kisah tentang nasihat Rasulullah SAW kepada istrinya, Sayyidatina Aishyiah RA. Ceritanya kira-kira begini, suatu saat Nabi SAW menjumpai Aishyiah yang sudah hendak berangkat tidur. Demi melihat sang istri yang tampak nyaman di peraduan, Nabi SAW pun bersabda, “Wahai Aishyiah, janganlah engkau nyenyak tidur sebelum empat hal ada pada dirimu.”

Advertisement

Aishyiah pun bertanya,”Apakah empat hal itu wahai Rasulullah?” Jawab Nabi SAW,”Wahai Aishyiah, janganlah engkau nyenyak tidur sebelum mengkhatamkan Alquran, dan sebelum aku beserta para Nabi dan Rasul memberimu syafa’at, dan sebelum semua umat Islam ridho padamu, dan sebelum engkau menunaikan haji ke baitullah.”

Mendengar sabda Rasulullah SAW itu, istri cerdas Nabi pun tak jadi membaringkan badan untuk tidur. Hatinya gelisah, takut, bingung dan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sebelum tidur mengupayakan semua dhawuh utusan Tuhan tersebut? Sebagai umat Islam, terlebih menyandang gelar istri Rasul, tentulah ia sangat tunduk dan ingin menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan Nabi SAW. Sebab apa yang disabdakan Muhammad SAW adalah tak lain kehendak ALLAH SWT. Mengkhatamkan Alquran sebelum tidur. 30 Juz…betapa beratnya. Syafa’at seluruh Nabi dan Rasul…, bagaimana caranya? Ridho seluruh umat Islam…Bagaimana mungkin mendapatkan keikhlasan seluruh hati muslimin wal muslimat untuk menerima pribadinya? Menunaikan haji ke baitullah…apakah setiap malam harus keluar untuk berthawaf mengelilingi Kabah?

Advertisement

Mendengar sabda Rasulullah SAW itu, istri cerdas Nabi pun tak jadi membaringkan badan untuk tidur. Hatinya gelisah, takut, bingung dan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sebelum tidur mengupayakan semua dhawuh utusan Tuhan tersebut? Sebagai umat Islam, terlebih menyandang gelar istri Rasul, tentulah ia sangat tunduk dan ingin menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan Nabi SAW. Sebab apa yang disabdakan Muhammad SAW adalah tak lain kehendak ALLAH SWT. Mengkhatamkan Alquran sebelum tidur. 30 Juz…betapa beratnya. Syafa’at seluruh Nabi dan Rasul…, bagaimana caranya? Ridho seluruh umat Islam…Bagaimana mungkin mendapatkan keikhlasan seluruh hati muslimin wal muslimat untuk menerima pribadinya? Menunaikan haji ke baitullah…apakah setiap malam harus keluar untuk berthawaf mengelilingi Kabah?

Saat sang garwa Nabi resah batinnya memikirkan kata-kata Rasul, justru beliau Rasulullah SAW mengerjakan salat menghadap Allah SWT. Meninggalkan istrinya yang tak jadi memejamkan mata. Aishyiah pun terpaku menunggu turunnya Nabi SAW dari mi’raj-nya. Dan begitu Nabi SAW selesai salat, Aishyiah pun segera berserah berkata kepada sang utusan Tuhan,”Wahai Rasul, aku tak mampu melakukan sabdamu itu.” Mendengar pengakuan tulus dari istrinya yang penuh kepasrahan itu, Nabi SAW pun tersenyum dan bersabda,”Wahai Aishyiah, ketahuilah, sebelum engkau terlelap tidur, bacalah surat Al-Ikhlas tiga kali, karena itu sama dengan engkau telah mengkhatamkan kalam Ilahi.

Bersholawatlah engkau kepadaku dan kepada seluruh Nabi serta Rasul, karena itu akan menghantarkan syafa’at kami padamu. Beristighfar mohonlah ampun ke hadirat Allah atas dosa-dosamu dan dosa seluruh umat Islam, karena dengan begitu mereka para umatku akan ridho padamu. Dan bacalah subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahu akbar, karena itu sama dengan pahala engkau saat menunaikan haji”.

Advertisement

Tidur itu dikatakan sebagai saudaranya mati. Doa jelang tidur yang masyhur kita kenal adalah Bismika Allohumma ahya wa bismika amut (dengan namamu ya Allah aku hidup dan aku mati). Saat tidur adalah saat kita memasrahkan ruh kita kepada Dia Yang Maha Menggenggamnya. Jika Allah Berkehendak, ruh itu bisa dikembalikanNya hingga kita terjaga, atau bisa juga diambilnya untuk kembali menghadap-Nya. Maka, tidur adalah saat maha penting untuk kita menyelesaikan segala urusan yang barangkali bisa membebani ruh kita untuk menghadap Tuhan. Maka patutlah Nabi SAW mewanti-wanti untuk tidak tidur nyenyak sebelum “utang” rohani kita terbayar.

Melalui pengkhataman Alquran sebelum tidur, Nabi SAW hendak menyampaikan pesan bahwa rohani kaum beriman hendaknya dipenuhi dengan kalam Allah. Selaras batin dengan sabda dan bisikan Allah. Bukan yang selain Allah. Agar terpatri dalam jiwa bahwa hubungan hakiki hanyalah antara dirinya dengan Allah. Yang lain fana, hanya Dia yang Baqa.

Rohani yang suci semacam itu tak mungkin dicapai tanpa syafa’at atau pertolongan para Nabi, Rasul dan Kekasih Ilahi. Maka menghubungkan hati dengan mereka adalah mutlak melalui sholawat. Sementara ridho setiap umat Islam kepada diri kita sangat penting agar tidak membebani perjalanan ruhani dan proses hisab. Sadar atau tak sadar, setiap kita pasti telah berkata atau berbuat sesuatu yang menyalahi hati seseorang atau kelompok dari kalangan saudara kita umat Islam dan kaum beriman. Maka kesungguhan kita untuk memohonkan ampun bagi diri kita dan mereka semua kepada Allah adalah bukti tulus keinginan kita untuk membersihkan dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Advertisement

Terakhir adalah berhaji sebelum tidur. Tiada lain karena tidur adalah saat kita mengucapkan selamat tinggal kepada dunia dan bersiap menghadap Tuhan. Kata yang paling tepat tentulah Labaika Allohumma Labaik. Haji yang mabrur adalah pribadi yang sadar akan kekotoran dan kerendahan diri di hadapan Allah SWT, yang penuh kekurangan sebagai hamba-Nya, dan yang mengakui kekerdilan dirinya. Semua terangkum dalam ucapan subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahu akbar. Akhirnya, lahawla wala quwwata illabillahil ‘aliyyil adhim.. wallahu a’lam bishshawab.

Wibie Maharddika

Komunitas Ashabul Cafe

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif