Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Hal tersebut dikemukakan Ketua Association of Indonesian Tour and Travel Agencies (Asita) Solo, Suharto, saat mengikuti acara diskusi Rembug Soloraya yang digelar SOLOPOS dan SOLOPOS FM yang membahas masalah rekonsiliasi di Keraton Solo, Selasa (22/5/2012). “Konflik ini secara langsung atau tidak langsung berdampak pada masyarakat dan dunia pariwisata,” katanya. “Orang luar ketika tahu ada berita-berita konflik ini selalu bertanya-tanya ‘Solo ada apa, Solo ada apa,'” ujarnya.
Suharto juga menyangkal pendapat jika masyarakat saat ini sudah tidak peduli lagi dengan kondisi Keraton Solo. “Jangan salah, masyarakat masih sangat peduli. Bahkan waktu saya dan teman-teman Asita membuat acara kerja bakti pembersihan keraton, sangat banyak pihak yang terlibat, ada hotel, pelajar dan masyarakat umum. Jadi salah sekali kalau bilang masyarakat tidak peduli,” tegasnya.
Lebih jauh Suharto juga mengimbau seluruh kalangan mendukung proses rekonsiliasi untuk mewujudkan Keraton Solo yang lebih baik dan harmonis. “Jangan ada lagi yang mengipas-ngipasi konflik. Apa yang sudah adem jangan dipanas-panasi. Media juga harus ikut memelihara ketenangan situasi,” tukasnya. “Keraton sendiri juga harus bersikap baik, yaitu baik bagi dirinya sendiri, baik bagi masyarakatnya dan baik bagi negara,” imbuhnya.