Ketika sedang mengepak barang-barang, Cempluk baru ingat ada satu barang penting yang belum dibelinya, yakni masker penutup hidung dan mulut.
Untuk mempersingkat waktu, Cempluk menyuruh adiknya, Jon Koplo untuk membelikan masker.
“Plo, tolong beliin masker di apotek ya! Nggak usah pakai lama. Jangan lupa ntar langsung masukin di tasku yang ijo. Kembaliannya buat elo,” katanya dengan logat Betawi kagok.
Singkat cerita, sampailah Cempluk dan kawan-kawan di tempat pengungsian di mana Gendhuk Nicole berada. Dengan bangganya Cempluk Cs memberikan barang-barang bantuan kepada sobatnya itu.
“Ini, kami bawakan makanan, mi instan, pakaian, alat mandi dan lain-lain. Oh ya, kami bawakan juga masker biar melindungi pernapasan dari debu,” ujar Cempluk sambil membuka tas hijau yang tadi diisi masker oleh adiknya.
Dari dalam tas hijau dikeluarkan tas kresek hitam, namun ketika dipegang, Cempluk curiga kok bentuk wadahnya agak bulat tur atos. Biasanya wadah masker berbentuk kotak dari karton. Penasaran, segera dibukalah tas kresek tersebut. Lhadalah…! Ternyata isinya masker bengkoang, produk perawatan wajah!
“Wah, dasar Jon Koplo, diperintah ra tau pener. Waton bathi jujule,” omel Cempluk.
“Salah kamu sendiri, Pluk. Kamu suruhan beli nggak jelas perintahnya, masker yang mana,” ucap teman yang lain sambil tertawa.
“Ya wis lah, idhep-idhep ben gaul, meski di pengungsian tetap memperhatikan perawatan wajah,” jawab Gendhuk Nicole sambil ngekek.
Shinta Narulita, Jl Kawung No 1, Premulung RT 03/RW 09, Sondakan, Laweyan, Solo