Jogja
Rabu, 16 Mei 2012 - 09:37 WIB

Teguh Butuh Rp100 Juta untuk Selamatkan Putrinya

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - BUTUH BANTUAN—Narizka Firma Vidiananta saat digendong ibunya, Selasa (15/5). (JIBI/Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

BUTUH BANTUAN—Narizka Firma Vidiananta saat digendong ibunya, Selasa (15/5). (JIBI/Harian Jogja/Dinda Leo Listy)

Tidur di dalam gendongan ibunya, Narizka Firma Vidiananta, bayi perempuan usia 35 hari asal Dusun Cepoko RT 5, Trirenggo, Bantul tampak seperti bayi normal.

Advertisement

Hanya saja, tiap kali menarik nafas, anak kedua dari pasangan Teguh, 30, dan Kismiyati, 27, itu mengeluarkan bunyi yang cukup keras layaknya orang dewasa yang mendengkur.

“Hasil diagnosa dokter dari RSUP Dr Sardjito dan RS Bethesda Jogja, anak kami mengidap jantung bocor,” kata Teguh saat Harian Jogja bertandang ke rumahnya, Selasa (15/5) siang.

Advertisement

“Hasil diagnosa dokter dari RSUP Dr Sardjito dan RS Bethesda Jogja, anak kami mengidap jantung bocor,” kata Teguh saat Harian Jogja bertandang ke rumahnya, Selasa (15/5) siang.

Jantung bocor merupakan penyakit karena adanya kelainan struktur jantung yang menyebabkan adanya lubang pada sekat jantung. Penyakit ini termasuk dalam penyakit jantung bawaan yang banyak diderita anak-anak. Berdasarkan data dari 1.000 kelahiran terdapat sembilan bayi yang menderita penyakit jantung bawaan.

Pada penyakit jantung bocor, sirkulasi darah kotor mengalir ke sirkulasi darah bersih sehingga bayi menjadi biru. Jika terlalu banyak darah kotor beredar ke sirkulasi darah bersih dan memasuki organ-organ penting seperti otak, bisa terjadi sesak nafas, disertai kejang, bahkan paling fatal bisa berakibat kematian.

Advertisement

Teguh menuturkan, Narizka lahir di RS Panembahan Senopati (RSPS) Bantul pada 10 April 2012 melalui operasi caesar. Karena kondisi fisiknya lemah, Narizka sempat dirawat inap beberapa hari.

Lantaran kondisi fisiknya terus menurun, Teguh membawa Narizka ke RS Bethesda Jogja. Selama 13 hari dirawat di Bethesda, Narizka juga sempat menjalani pemeriksaan jantung di RSUP Dr Sardjito Jogja.

Total biaya perawatan Narizka saat itu menghabiskan sekitar Rp7,5 juta. Karena saat itu belum terdaftar Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah), Teguh harus melunasi dengan uang tabungannya.

Advertisement

Menurut keterangan dokter, kata Teguh, satu-satunya jalan untuk menyembuhkan Narizka hanyalah dengan operasi yang memerlukan biaya lebih dari Rp100 juta. Operasi dapat dilakukan setelah usia Narizka menginjak enam tahun.

Mahalnya biaya operasi tersebut jelas membuat Teguh kelimpungan. Mengingat, penghasilannya sebagai buruh kerajinan perak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Penghasilan tidak tentu. Kalau pas sepi order, ya tidak ada pemasukan,” ujarnya.

Advertisement

Tiap bulan, Teguh rata-rata mengantongi uang sekitar Rp600.000 hingga Rp700.000. Untuk itu, Teguh terus mencari jalan alternatif demi kesembuhan anaknya selain operasi. “Di samping mahal, operasi juga berisiko tinggi. Tetapi, saya belum dapat solusi selain itu,” ujarnya.

Kismiyati menambahkan, selain tabah menerima cobaan, dirinya juga tidak henti berdoa memohon keajaiban bagi Narizka. “Saya berharap penyakit itu bisa sembuh sendiri seiring dengan pertumbuhannya,” harapnya.

Narizka adalah satu-satunya harapan bagi Teguh dan Kismiyati. Sebab, anak pertama mereka, Nafisa, telah meninggal setelah satu hari dilahirkan secara normal pada Agustus 2010 silam. “Bobotnya hanya 1,8 kilogram. Saat itu, Nafisa juga susah bernafas,” pungkas Kismiyati.

Advertisement
Kata Kunci : Bayi Lahir Jantung Sakit
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif