Soloraya
Rabu, 16 Mei 2012 - 06:36 WIB

BATU BERSEJARAH: BP3 Jawa Tengah Angkat Batu di Watutelenan

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SITUS WATUTELENAN-Sejumlah pekerja tengah berupaya mengangkat situs batu besar yang ada di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Boyolali Kota, Selasa (15/5/2012). Batu yang diduga bagian dari candi itu dipindah ke rumah arca di Taman Kridanggo. (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

SITUS WATUTELENAN-Sejumlah pekerja tengah berupaya mengangkat situs batu besar yang ada di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Boyolali Kota, Selasa (15/5/2012). Batu yang diduga bagian dari candi itu dipindah ke rumah arca di Taman Kridanggo. (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

BOYOLALI–Guna kepentingan penelitian, akhirnya Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah mengangkat situs batu yang ditemukan di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota, Selasa (15/5). Benda yang diduga bagian dari candi itu dipindahkan ke rumah arca di Taman Kridanggo untuk penelitian lebih lanjut.

Advertisement

“Pengangkatan batu ini sebagai bentuk pengamanan terhadap benda-benda purbakala. Kami memindahkannya ke rumah arca agar aman serta untuk keperluan penelitian,” ujar Staf Bagian Perlindungan BP3 Jateng Harun Ar Rosyid saat ditemui wartawan di sela pengangkatan batu, Selasa (15/5/2012).

Harun mengatakan, pemindahan batu itu untuk keperluan penelitian. Batu besar yang ditemukan warga setempat ini diduga calon ambang pintu candi. Pihaknya juga akan melakukan penelitian batu yang ditemukan di beberapa tempat seperti di Kecamatan Selo.

Sementara itu, proses pengangkatan batu cukup sulit. Pihaknya telah mendatangkan derek berbentuk tripod tetapi batu tak kunjung bergeser dari tempatnya. Rantai derek yang ditarik dua orang macet. Ia memerkirakan berat batu lebih dari kapasitas derek seberat tiga ton.

Advertisement

Ia berupaya mendatangkan derek yang lebih besar agar bisa mengangkat batu itu. Upaya pengangkatan ini dilakukan mulai pukul 11.00 WIB. Namun, tripod yang digunakan untuk penyangga derek sempat putus. Meskipun demikian, ia mengusahakan secepatnya untuk memindah batu itu.

Terkait kompensasi bagi pemilik lahan, ia belum dapat memastikan. Pasalnya, nilai kompensasi perlu dibahas dalam rapat internal BP3 Jateng. Sementara itu, Suratno, pemilik lahan tempat ditemukannya batu menunggu adanya kompensasi dari pihak yang berwenang. Sebab,  tanaman miliknya rusak akibat banyaknya warga yang ingin menonton batu itu.

“Saya menunggu adanya kompensasi. Akan tetapi, berapa besarnya saya manut saja. Uang itu akan saya gunakan untuk memperbaiki lahan ini,” ujarnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif