Tokoh
Senin, 14 Mei 2012 - 09:29 WIB

KOMIK: Memikat Dunia Lewat Komik

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Christiawan Lie (FOTO/Istimewa)

Christiawan Lie (FOTO/Istimewa)

Pada 1990-an, hasrat muda Christiawan Lie di bidang seni tak terbendung. Langkahnya menekuni dunia gambar yang ia sukai sejak masih kecil terganjal restu orangtua.

Advertisement

Ia pun harus berdamai dengan keinginan orangtuanya yang menghendakinya kuliah di Jurusan Kedokteran maupun jurusan lainnya yang menjanjikan masa depan. Demi keinginan orangtuanya, laki-laki yang lebih populer dipanggil Chris Lie ini melabuhkan pilihannya di Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB).

“Dulu saya melamar tiga perguruan tinggi, ITB, Unpar (Universitas Parahyangan) dan Trisaksi, semuanya diterima. Tapi saya memilih masuk Arsitektur ITB karena masih berhubungan dengan menggambar. Dari awal saya ingin menjadi pelukis dan seniman tapi orangtua melarang,” ujarnya membuka pembicaraan dengan Espos melalui sambungan telepon, Jumat (11/5).

Advertisement

“Dulu saya melamar tiga perguruan tinggi, ITB, Unpar (Universitas Parahyangan) dan Trisaksi, semuanya diterima. Tapi saya memilih masuk Arsitektur ITB karena masih berhubungan dengan menggambar. Dari awal saya ingin menjadi pelukis dan seniman tapi orangtua melarang,” ujarnya membuka pembicaraan dengan Espos melalui sambungan telepon, Jumat (11/5).

Walau Arsitektur bukan pilihan hatinya, bukan berarti ia menjalani kuliahnya dengan setengah hati. Chris menyelesaikan kuliahnya pada 1997 dengan menggenggam predikat cum laude.

Selepas kuliah, ia sempat bekerja di dunia arsitektur tapi tidak bertahan lama. Chris mencoba mencari dunianya sebagai ilustrator hingga akhirnya bersama empat rekannya mendirikan                                                                                                      Studio Bajing Loncat.

Advertisement

Tapi kerja sama itu harus berakhir lantaran studio mereka terkendala belum mampu mengatur keuangan dengan baik. Chris memilih keluar dari pekerjaannya dan mencoba mencari peruntungan di luar.

Ia pun sempat “mengembara” ke negara tetangga Singapura dan bekerja di sana. Hingga akhirnya kesempatan baik itu datang padanya. Chris mendapat tawaran beasiswa dari Fullbright Schollarship untuk melanjutkan program master di Sequential Art, Savannah Collage of Art and Desaign, Savannah, Amerika Serikat.

“Gampangnya program S2 saya komik,” katanya.

Advertisement

Di Negeri Paman Sam, ia sempat magang di perusahaan penerbit ternama Devil’s Due Publishing. Walau tidak mudah, saat ada proyek action figure GI Joe dari perusahaan raksasa pemegang lisensi pusat GI Joe, Hasbro, Chris memberanikan diri ikut berkompetisi. Tanpa diduga, karyanya terpilih dan ia dilibatkan dalam pembuatan GI Joe Sigma 6 mulai pembuatan desain action figure, ilustrasi untuk kover DVD, kemasan hingga media promosi lain yang berkaitan dengan komik tersebut.

Sejak saat itu, jalan hidupnya semakin terang. Ia mendapatkan kontrak pembuatan karakter tokoh GI Joe selama lima edisi dan meraih tawaran-tawaran lainnya.

Setelah sukses merintis karier di Amerika Serikat, pada 2007, Chris memutuskan pulang ke Tanah Air dan membangun bisnisnya dengan membangun Caravan Studio. Bisnisnya adalah studio konsep desain, komik dan ilustrasi yang mengonsentrasikan diri menggarap bagian kreatif dari sebuah proyek, yaitu tahap pencarian dan pengembangan ide, desain, art director dan hasilnya berupa digital image yang pendistribusiannya bisa dalam bentuk digital, cetak, online maupun mainan. Berbagai tokoh mainan, komik hingga game seperti GI Joe, Transformers, Monster Hunter hingga Street Fhighter 4 lahir dari garapan studio miliknya.

Advertisement

Hampir semua order pengerjaan datang dari perusahaan besar Amerika Serikat seperti Marvel, Hasbro, Mattel, LEGO dan Sony Online Entertainment. Kecintaan terhadap budaya lokal tidak pernah hilang. Caravan Studio juga menggarap komik serial perwayangan Baratayuda.

“Saat ini Caravan studio sudah memiliki 22 ilustrator,” katanya.

Laki-laki asli Solo ini menjadi ilustrator dan desain grafis dengan karya yang mendunia. Ia tidak hanya berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya namun menjadi ilustrator kebanggaan Indonesia yang mengantongi berbagai prestasi. Komiknya, Return of The Labyrinth, terjual hanya dalam dua hari di ajang komik terbesar di dunia, San Diego Comic-Con pada Juli 2006.

Selain itu, komiknya yang lain seperti Drafted One Hundread Days edisi khusus Barack Obama juga beredar di seluruh dunia. Dalam credit title komik serial tersebut terselip nama Chris Lie sebagai co-creator.

Meski begitu, ia tetap rendah hati dan mau berbagi.  Bersama timnya, Chris juga tak sungkan menjelajahi berbagai forum pelatihan dan diskusi terutama tentang komik dan digital painting di beberapa daerah seperti Jakarta, Bali, Jogja dan Surabaya sebagai pembicara. Setiap tahun, Caravan Studio miliknya juga membuat workshop gratis.

“Dulu mungkin orangtua tidak yakin seniman bisa sukses. Saya berharap pengalaman saya membuka wawasan bagi orangtua lainnya dan Caravan menjadi contoh di bidangnya, apalagi dunia animasi saat ini sangat menjanjikan,” katanya. /Fita Indah Maulani JIBI

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif