Berangkatlah Koplo ke Boyolali. Karena belum pernah bertandang ke rumah paman juragannya, tentu saja Koplo kebingungan mencari alamatnya. Apalagi alamat Pak Gembus agak njlimet di pedesaan. Untung Tom Gembus cukup terpandang sebagai orang beraqda di kampungnya, daerah Pengging, jadi orang dengan mudah bisa menunjukkan alamat Tom Gembus. Sialnya, sampai di rumah Tom Gembus, suasana sepi nyeyet . Ada mobil sedan mewah terpampang digarasi, namun tidak ada satu orang pun di rumah itu.
” Kula nuwun…! Kula nuwuuunnn…! ” teriak Koplo sambil mengetuk-ketuk pintu dan memencet-mencet bel.
“ Sapa kowe? Sapa kowe? ” Ada suara dari dalam rumah tapi tak kelihatan orangnya.
” Kula sopire Bu Cempluk. Disuruh mengambil mobilnya Om Gembus,” jawab Koplo.
” Maling kowe, maling kowe, ” kata suara dari dalam.
” Mboten, kula sanes maling. Kula dikengken Bu Cempluk ngampil mobil. Njenengan bukakke lawang, ” pinta Koplo.
” Ora ana… Ora ana…! ” kata suara itu.
Koplo ngeyel , ” Hla niku mobile enten kok, ” jawab Koplo yang mulai kebingungan mencari sumber suara itu.
Untung saja saat itu ada mobil datang, ternyata Tom Gembus beserta isterinya. Mereka sudah tahu maksud kedatangan Koplo karena sudah di-SMS Cempluk.
“Siapa ta Pak yang bicara dengan saya tadi? Ada suara kok tidak ada orangnya?” tanya Koplo heran.
“Itu lho , yang nangkring di atas garasi, burungku memang cerewet,” terang Gembus sambil tertawa. Koplo baru mudheng kalau sedari tadi ternyata hanya omong-omongan dengan burung.
Tri Rakanti Budiningrum, Gagak Sipat RT 03/RW 03, Ngemplak, Boyolali