Soloraya
Minggu, 6 Mei 2012 - 13:33 WIB

BENTROK SOLO: Kelola dengan Manajemen Komunikasi Lintas Budaya

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Andrik Purwasito (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Andrik Purwasito (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO—Guru Besar Manajemen Konflik Lintas Budaya UNS, Prof Dr Andrik Purwasito DEA menilai bentrok di Gandekan, Solo secara laten bersumber dari stereotip dan etnosentrisme yang berkembang dalam setiap masyarakat. Hal ini sulit diselesaikan dan hanya bisa dikelola dengan manajemen komunikasi lintas budaya.

Advertisement

Seperti diberitakan Solopos.com sebelumnya, bentrok antara Ormas dan warga Gandekan, Jebres, Solo terjadi Kamis-Jumat (3-4/5/2012) lalu.

“Bentrok hanya manifes dari bara api dalam sekam yang hidup pada setiap masyarakat. Oleh sebab itu, manajemen komunikasi lintas budaya perlu dijadikan kebijakan Pemkot. Acara budaya seperti SIEM ((Solo International Ethnic Music-red), SIPA (Solo International Performing Art-red) dan karnaval hanya bersifat mercusuar belum menjamah konsep lintas budaya,” ujar Andrik kepada Solopos.com dalam pesan singkatnya, Minggu (6/5/2012).

Program seni dengan konsep multikultural akan membantu sekali sebagai salah satu resolusi konflik. Bentrok adalah bentuk non verbal yang mengkomunikasikan adanya potensi konflik antar budaya di masyarakat.

Advertisement

Bentuk program seni dengan konsep multikultural yaitu pada prinsipnya adanya partisipan dari berbagai komponen, berbagai ras, etnik, agama, golongan, tingkat sosial ekonomi dan antar generasi. Misalnya dalam Kirab Multikultural yang menampilkan seluruh potensi kelompok dalam masyarakat.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif