Soloraya
Selasa, 10 April 2012 - 09:30 WIB

ANTAKSIA FREIDREICH: Dinkes Terus Pantau Penderita Ataksia Freidreich

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BOYOLALI–Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali terus memantau perkembangan sejumlah penderita ataksia freidreich asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Ampel.

Melalui Puskesmas setempat, diakui ada dua penderita penyakit ini kondisinya yang semakin parah. Keduanya adalah Yuli dan Asih.

Advertisement

Kepala Dinkes Boyolali, Syamsudin menjelaskan penyakit yang diderita warga Sidomulyo bersifat progresif. Artinya, penyakit kelainan genetik ini semakin lama akan semakin parah. Selain itu, penyakit keturunan ini belum bisa disembuhkan.

“Kami hanya bisa mengupayakan dengan mengobati penyakit yang menyertainya seperti flek paru-paru maupun infeksi lambung. Namun, untuk penyakit ini sendiri belum bisa disembuhkan,” terangnya saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (9/4/2012).

Lebih lanjut Syamsudin menerangkan pihaknya melalui petugas Puskesmas terdekat terus melakukan pantauan dengan kunjungan ke rumah. Diharapkan, kunjungan serta pemantauan ini dapat memberikan semangat kepada para penderita.

Advertisement

Setidaknya ada 17 penderita ataksia freidreich di Sidomulyo, Ampel ini. Sebanyak 10 orang di antaranya sudah meninggal dunia. Sedangkan tujuh orang lainnya yang masih hidup serta dua di antaranya dalam kondisi parah.

“Kami menjamin biaya perawatan mereka. Hal ini dapat dikaver dengan Jamkesda seperti yang selama ini telah dilakukan. Dimungkinkan, para penderita atau keluarganya bosan berobat atau terkendala biaya transportasi sehingga jarang mengobatkan ke rumah sakit,” paparnya.

Terpisah, Daimul Ikhsan, wakil keluarga mengatakan salah satu penderita yaitu Aji Murdani meninggal dunia pada Sabtu  (7/4/2012). Selain Yuli dan Asih, tiga lainnya yaitu bernama Damiati, Dodo, dan Tari kondisinya juga menurun.

Advertisement

Menurutnya, keadaannya sejumlah anggota keluarganya itu sangat memprihatinkan. Kondisi yang demikian diperparah dengan ekonomi yang menurun drastis. Dijelaskan, jumlah keseluruhan anggota keluarganya yang menderita ataksia freidreich ini sebanyak sembilan orang. Dua di antaranya berada di Klaten dan Ciamis.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, para penderita penyakit kelainan genetik ini kondisinya semakin menurun. Bahkan, satu per satu meninggal dunia seperti yang baru saja terjadi pada Aji Murdani pada Sabtu pekan lalu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif