Soloraya
Senin, 9 April 2012 - 17:33 WIB

MENTERI KOPERASI DAN UKM Janjikan Pendampingan Sarung Goyor

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PINTAL BENANG--Warga Desa Sambirembe, Tasemi, 70, masih awas memintal benang yang akan digunakan membuat tenun gendong, Minggu (8/4/2012). (Foto:Sri Sumi Handayani)

PINTAL BENANG--Warga Desa Sambirembe, Tasemi, 70, masih awas memintal benang yang akan digunakan membuat tenun gendong, Minggu (8/4/2012). (Fotori Sumi Handayani)

SRAGEN–Menteri Koperasi dan UKM, Syarief Hasan, menegaskan akan memberikan pendampingan usaha dan jaminan pemasaran Sarung Tenun Goyor, Desa Sambirembe, di Dalam maupun Luar Negeri.

Advertisement

Hal itu dikemukakan Syarief saat mengunjungi lokasi produksi Sarung Tenun Goyor di Dukuh Wonosari, Desa Sambirembe, Kalijambe, Senin (9/4/2012). Syarief menyatakan kekaguman terhadap usaha kecil dan menengah yang ditekuni warga Desa Sambirembe secara turun temurun. Usaha rumahan itu, lanjutnya, mampu meningkatkan ekonomi keluarga.

“Ini bisa jadi contoh untuk wilayah lain. Saya tidak menyangka Sarung Tenun Goyor ternyata merambah pasar luar negeri, salah satunya Somalia. Ke depan, kualitas produk harus diperhatikan supaya makin banyak pembeli dari wilayah lain,” kata Syarief.

Tak hanya itu, dia juga mengatakan akan meningkatkan pemanfaatan kredit usaha rakyat hingga tingkat pedesaan. Bahkan dia mencetuskan pembangunan pasar tradisional untuk mengembangkan pemasaran produk lokal Desa Sambirembe.

Advertisement

“Pasar tradisional akan dialokasikan di Sragen, minimal satu paket. Oleh karena itu, pemerintah berjanji melakukan pendampingan kualitas. Saya bantu membuka pasar di tingkat nasional sehingga Sarung Tenun Goyor bukan hanya laku di luar negeri melainkan juga dalam negeri.”

Ketua Koperasi Industri Kerajinan (Kopinkra) Agawe Makmur, Desa Sambirembe, Giyanto menjelaskan Sarung Tenun Goyor hanya diminati pasar di Timur Tengah karena harga produk tidak cocok dengan pasar dalam negeri. Hanya saja, pihaknya tidak menjadikan hal itu sebagai kendala.

“Kami menyadari kelemahan ini. Hanya saja, kami terus melakukan peningkatan kualitas. Harga berkisar Rp150.000 hingga Rp300.000 ini tidak pas dengan pembeli dalam negeri. Di sisi lain, kami tidak bisa menurunkan harga karena harga benang dan lama produksi,” tuturnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif