Lifestyle
Selasa, 3 April 2012 - 13:23 WIB

HAMSTER: Kuliah Sambil Beternak Hamster

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Espos/Adib Muttaqin Asfar

Dulu sebelum jadi hewan peliharaan, hamster lebih dikenal sebagai hewan percobaan. Mirip dengan kelinci dan tikus putih, mamalia mungil ini lebih sering dijumpai di laboratorium biologi. Setelah beberapa tahun naik daun, hamster bukan lagi dipegang-pegang mahasiswa biologi tapi membantu mahasiswa dari manapun untuk menyelesaikan kuliahnya.

Espos/Adib Muttaqin Asfar

Advertisement

Bagaimana bisa? Bisa saja karena kini banyak mahasiswa yang punya sambilan beternak hamster untuk membiayai kuliah atau sekadar menambah uang saku. Para pehobi hamster kebanyakan masih muda, begitu pula banyak peternaknya sebagian adalah mahasiswa. Dua di antara mereka adalah Paul Vicko Oktovianus dan Sony Prihandono.

“Dulu saya punya banyak banget di sini. Tapi sekarang saya lagi mau pensiun soalnya lagi menyelesaikan skripsi,” kata Paul, di rumahnya, Jl Veteran 260, Tipes, Solo, Rabu (25/3) lalu.

Advertisement

“Dulu saya punya banyak banget di sini. Tapi sekarang saya lagi mau pensiun soalnya lagi menyelesaikan skripsi,” kata Paul, di rumahnya, Jl Veteran 260, Tipes, Solo, Rabu (25/3) lalu.

Perjumpaan Paul dengan hamster bermula saat dia sedang magang di Kantor Disperindag Karanganyar, tahun lalu. Suatu hari di Pasar Jumat Karanganyar, mahasiswa Ekonomi Pembangunan FE UNS ini tidak sengaja melihat beberapa penjual hamster. Tertarik, Paul pun membeli sepasang. Satu jenis normal dan satu roborovski violet.

Keduanya menjadi hamster pertama Paul namun hanya untuk peliharaan, bukan diternakkan. Setelah tahu cara pemeliharaannya, Paul membeli lagi dua pasang di Pasar Depok, yaitu golden red eyes dan roborovski masing-masing sepasang. Total modal pertama yang dikeluarkannya saat itu Rp150.000. Karena beli di pasar dan belum tahu kualitas penjodohannya, Paul harus menunggu dua bulan sampai hamster-hamsternya benar-benar bisa beranak.

Advertisement

Begitu berjodoh, kedua pasang hamster tersebut terus-menerus beranak. Pernah suatu hari anak hamsternya mencapai 30 ekor karena binatang ini bisa punya lima ekor anak dalam satu bulan. Biasanya jika sudah berumur dua bulan, Paul menjualnya. Dia tidak pernah menjual hamster-hamsternya kepada pedagang atau di Pasar Depok. Dia memilih berjualan secara online.

Anak hamster jelas dijual sementara induknya baru dijual jika sudah tidak produktif. Sebelum jadi tidak produktif dan menimbulkan masalah, Paul memutuskan menjualnya dan mencari induk baru. “Kalau sudah tidak produktif biasanya jadi galak. Biar enggak over populated, saya harus cepat menjualnya.”

Meskipun kini mengurangi ternaknya,  Paul tidak berhenti berbisnis hamster. Tanpa beternak, dia masih melayani pemesanan hamster dari para kolektor di berbagai kota. Bisa dibilang, inilah keahlian utama Paul. “Tanpa ternak pun sebenarnya saya bisa jual. Biasanya lewat Kaskus atau Toko Bagus bisa jualan.”

Advertisement

Begitu pula di Facebook, Paul menawarkan hamster melalui akun Hamster dan Landak Solo.

“Kalau sebulan Rp400.000 dapatlah. Jadi lumayan bisa beli perlengkapan elektronik.”

 

Advertisement

Harga Anjlok

Biasanya, kelemahan utama peternak adalah tidak bisa menjual hamster. Karena tidak pandai menjual, mereka memilih menjualnya kepada pedagang dengan harga murah. Begitulah sehingga harga hamster jadi anjlok gara-gara populasinya sangat tinggi.

Namun hal itu tidak berlaku bagi Sonny Prihandono yang menjadi peternak hamster sejak 2008. Saat itu, permintaan hamster sudah tinggi karena hobi beternak hewan mungil itu sedang naik daun. Sayangnya stok hamster di Solo saat itu tidak banyak karena masih mengandalkan kiriman dari peternak asal Bandung. “Itu yang membuat saya beternak karena ada permintaan dan stok masih kurang,” katanya lulusan Fakultas Pertanian UNS ini, Sabtu (31/3) lalu.

Waktu itu, harga hamster sedang tinggi-tingginya. Dulu, harga sepasang hamster jenis roborovsky Rp200.000, kini bisa diperoleh dengan Rp50.000. Begitu pula dengan golden mata merah yang dulu Rp750.000, kini tinggal Rp150.000. Meskipun harganya turun, Sonny yakin usaha ini masih menjanjikan.

Keyakinan ini didasarkan pada permintaan yang hingga saat ini tidak pernah berhenti. Baik di Pasar Depok maupun para kolektor, hamster masih jadi buruan. Bedanya, harga saat ini memang lebih rendah karena populasinya yang banyak, bukan karena tidak lagi dibutuhkan. Nyatanya hamster-hamster Sonny masih terus diserap pasar meskipun hanya mengandalkan pasar Solo dan sekitarnya.

“Kebetulan ibu punya kios di Pasar Depok. Tapi biasanya para kolektor hamster memilih datang ke sini karena yang bagus tidak dijual di pasar,” ungkap Sonny.

Sonny memang sangat serius saat memulai bisnis hamsternya. Tak tanggung-tanggung, dia memulai beternak dengan 10 pasang hamster jenis blue argente. Kini ternaknya jauh lebih banyak lagi dengan 200 pasang induk hamster berbagai jenis.

Meskipun punya banyak stok, Sonny belum bergerak untuk menjamah pasar luar kota. Paling-paling dia baru melihat-lihat kondisi pasar di Jogja namun belum ada niatan serius menjual ke kota tempat dia menempuh pendidikan S2-nya itu. Dia masih mengandalkan pasar Solo.

“Sekarang Solo masih bagus, soalnya permintaan di pasar juga terus berdatangan. Maka saya konsentrasi dulu untuk memenuhi pasar Solo.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif