Berita paling hangat di pengujung pekan kemarin adalah ditundanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Keputusan ini tentunya menjadi berita positif bagi pasar saham secara short term.
Disampaikan Branch Manager PT Danareksa Sekuritas Solo, Syaefuddin Zuhri, dengan ditundanya kenaikan harga BBM, maka ancaman inflasi segera surut. Itu artinya BI Rate juga tidak akan naik.
“Seperti kita ketahui selama ini, kenaikan BI Rate bisa memukul mundur laju indeks harga saham gabungn (IHSG). Kita berharap harga minyak dunia tidak terus naik dan kalau bisa turun di bawah US$100 per barel. Ini harapan yang akan menyelamatkan kita semua,” kata Syaefuddin, kepada Solopos.com, Sabtu (31/3/2012).
Namun, lanjut dia, jika harga minyak dunia tidak turun dan tetap bertengger di atas US$100 per barel, maka prediksinya akan pengaruh terhadap APBN.
Sementara itu, untuk kondisi pasar pada pekan lalu, berdasarkan data, dalam tiga pekan ini total netbuy asing mencapai nilai Rp8 triliun. Investor asing masih terlihat sibuk mengoleksi saham-saham Indonesia. Jika pekan ini investor asing masih mencatatkan netbuy pertanda asing masih optimistis dengan ekonomi Indonesia dan setuju dengan keputusan penundaan kenaikan harga BBM. Maka, IHSG pun masih berpotensi naik lagi ke level 4.200.
Sementara itu, laporan keuangan kinerja emiten juga masih berpengaruh besar terhadap pergerakan IHSG. Bulan April, ada momen dirilisnya laporan kuartal I-2012 dan momentum pembagian dividen emiten. “Prediksi saya, investor asing akan melanjutkan netbuy dan harga saham-saham bluechip akan melanjutkan penguatannya,” terang Syaefuddin.
Branch Manager UOB KayHian Securities, Edwin Jayandaru, menambahkan saham sektor CPO plantation diperkirakan bakal menjadi primadona investasi di pekan ini. Sebut saja Sampoerna Agro dan London Sumatera Plantation. “CPO ini punya peluang bagus karena diperkirakan harga minyak dunia akan terus mengalami kenaikan. Selain itu, di beberapa negara yang baru saja mengalami resesi kini mulai recovery.