Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Kepala Humas PT KA Daop VI Jogja, Eko Budiyanto, mengatakan ada kemungkinan harga tiket KA ekonomi naik meskipun biaya operasional KA kelas ini mendapat subsidi dari pemerintah. “Tapi kalau besaran subsidinya tetap, sementara harga BBM naik, besar kemungkinan tiket KA juga akan menyesuaikan naik,” terang Eko.
Terkait hal itu, Eko meminta masyarakat memaklumi. Dalam setiap perjalanan KA, dibutuhkan BBM yang tidak sedikit. Satu kilometer (km) perjalanan KA membutuhkan BBM 1,8 liter. Jumlah itu jika diakumulasikan untuk total perjalanan KA jelas akan membuat biaya operasional membengkak. Eko berharap masyarakat memahami kendala itu.
Apalagi, dia menambahkan, saat ini PT KA memiliki sejumlah kendala dalam mengoperasikan KA. Kendala dimaksud, salah satunya berkaitan dengan ada beberapa KA yang harus menjalani perawatan. “PT KA kan tidak hanya butuh BBM, perlu juga suku cadang. Dan, untuk KA lama atau KA modifikasi, harga suku cadang jadi lebih mahal. Akhirnya biaya operasional KA jadi membengkak,” imbuh dia.
Lebih jauh, masih terkait KA lama dan modifikasi, Eko sebenarnya berharap armada baru KA segera datang. Armada yang baru diyakini akan membuat biaya perawatan menjadi lebih murah. Kebutuhan suku cadang jika memang dibutuhkan, juga bisa dipenuhi dengan mudah dan dengan harga kompetitif.
Di sisi lain, pengguna KA menyayangkan sikap PT KA yang tergesa mewacanakan kenaikan harga. Menurut pengguna KA Prambanan Ekspres (Prameks), Heru Prasetya, langkah menaikkan tiket KA, khususnya Prameks, tidak bijaksana di tengah masih kurangnya pelayanan. Heru pun menandaskan pihaknya dan sejumlah penumpang lain siap hijrah ke bus jika kenaikan harga tetap diberlakukan. “Kami sudah protes berkali-kali, sudah lapor, tapi tidak didengar. Kalau memang kebijakan menaikkan harga itu tetap berlaku, kami siap pindah ke bus,” ancamnya.