Koplo terus memutar otak bagaimana bisa mengusir hama babi hutan selalu merusak tanaman petani itu. Pikir punya pikir, tiba-tiba mak cling… ia dapat ide. Diambilnya hand tractor yang biasa dipakai untuk mengolah tanah kebun miliknya, lalu ia merangkai mesin traktor tadi menjadi mesin setrum yang dihubungkan ke pagar kawat yang mengelilingi kebunnya.
Singkat cerita, malam harinya, Tom Gembus juga menjaga kebun singkongnya agar tidak diganggu hama babi hutan. Di suasana malam yang sepi itu membuat Gembus yang merasa kehausan itu mempunyai ide nakal. “Wah, iya, daripada haus lebih baik ambil semangkanya Koplo, satu biji kan nggak konangan“, batin Gembus senyam-senyum.
Tapi tan kocapa, ketika Tom Gembus menyentuh pagar kawat kebun semangka, aliran setrum yang dipasang Koplo menyengatnya. Bahkan tubuh Gembus yang gembul itu sampai kontal beberapa langkah ke belakang, mak “krosak, gedebug… Aduuuh…!” begitu bunyinya.
Jon Koplo yang mendengar suara itu dari gubuknya mbatin, “Yesss… entuk babi!”
Sambil membawa parang, Koplo langsung memburu asal suara tadi. Namun ketika sampai di tempat yang dituju, Koplo njenggirat kaget, ternyata yang terjebak perangkapnya bukan hama babi, melainkan hama manusia.
“Waduh, tak kira babi, Mbus, jebul kamu ta?” ucap Koplo sambil cengar-cengir.
Wintah, dosen Universitas Teuku Umar Meulaboh, d/a Wonokeri RT 04/RW 02 Wonorejo, Wonopringgo, Pekalongan