“Kata Pak Ustaz, bersedekah itu kalau ikhlas akan dapat ganti yang berlipat-lipat, Mbus,” ujar Koplo. Gembus cuma manthuk-manthuk.
Pulang kuliah, perut Koplo dan Gembus keroncongan. Mereka pun mampir ke rumah makan Padang yang terletak di depan kampus. Mereka memesan menu ala mahasiswa dengan lauk yang khas, tahu, tempe dan kerupuk. Minumnya hanya air putih.
Di sudut ruangan, Koplo melihat seseorang yang rasanya tidak asing lagi, seorang kakek tua berbaju batik rapi sedang makan dengan lahapnya. Merasa penasaran, Koplo pun mendekat pura-pura mencuci tangan di . Tak salah lagi, orang itu adalah pengemis yang diberinya uang tadi! Kakek tua itu berganti penampilan jauh dari kesan pengemis. Menu makanannya pun tergolong istimewa bagi Jon Koplo, telur balado dan telur dadar, minumnya jus alpukat.
Jon Koplo kembali ke mejanya. Dengan rasa nggondhok ia bercerita kepada Tom Gembus. “Mosok lawuhku tempe, mbahe lawuh endhog ta Mbus!” wadul Koplo berapi-api merasa tidak terima makanannya kalah enak dengan pengemis.
Beberapa saat kemudian setelah membayar di kasih, sang kakek keluar. Ternyata ia telah dijemput oleh seorang laki-laki muda mengendarai motor keluaran terbaru dan masih kinclong. Koplo bersungut-sungut. Namun sebelum Jon Koplo meledak amarahnya, buru-buru Tom Gembus berkata, “Wis ta Plo, ikhlaskan saja. Terimalah kenyataan kalau ternyata kehidupan pengemis kampus itu lebih makmur daripada kita, mahasiswa.” Ujar Tom Gembus sambl ngekek. Koplo cuma bisa nggeget untu.
Angga Aulia A, Jl Parang Curigo No 5 Taman, Ngadirejo, Madiun 63139