Soloraya
Minggu, 11 Maret 2012 - 17:28 WIB

GUNUNG MERAPI: Pakasa Gelar Wilujengan Merapi

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - WILUJENGAN -- Para pembawa sesaji berbaris dalam acara wilujengan yang digelar Paguyuban Kawula Keraton Surakarta Hadiningrat (Pakasa) Klaten di Pesanggrahan Deles Indah, Kemalang, Klaten, Minggu (11/3/2012). (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

WILUJENGAN -- Para pembawa sesaji berbaris dalam acara wilujengan yang digelar Paguyuban Kawula Keraton Surakarta Hadiningrat (Pakasa) Klaten di Pesanggrahan Deles Indah, Kemalang, Klaten, Minggu (11/3/2012). (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

KLATEN — Paguyuban Kawula Keraton Surakarta Hadiningrat (Pakasa) Kabupaten Klaten menggelar sarasehan budaya Jawa dan wilujengan di Pesanggrahan Deles Indah, Kecamatan Kemalang, Minggu (11/3/2012) siang.
Advertisement

Wilujengan dihadiri ratusan warga Klaten yang tergabung dalam Pakasa Klaten. Selain itu, sejumlah anggota keluarga Keraton Surakarta, seperti GKR Wandansari, KP Edhy Wirabumi, GKR Galuh Kencono dan GKR Retno Dumilah, juga turut hadir dalam wilujengan.

Ketua Pakasa Klaten, KRA Probonagoro, mengatakan wilujengan itu sebagai tolak balak atas keganasan meletusnya Gunung Merapi pada akhir 2010 lalu. “Untuk saat ini Gunung Merapi sudah aman, jadi berkah dari gunung itu bisa dirasakan bersama warga masyarakat Klaten,” ungkap Probonagoro.

Selain itu, kata dia, wilujengan itu juga sebagai wujud rasa syukur atas dikukuhkannya Pakubuwono (PB) X sebagai pahlawan nasional. Sebelum wilujengan dimulai, sejumlah tumpeng diarak dari gerbang hingga ke pesanggrahan. Beberapa sesaji tumpeng itu yakni tumpeng Suci, Robyong, Lulut, Sewu, Ayu, Golong, Tulak dan tumpeng Slamet. Masing-masing tumpeng itu, kata dia, memiliki makna. Namun intinya yakni agar semua yang dicita-citakan oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi, bisa diraih dan diwujudkan serta mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Advertisement

Sementara itu, GKR Wandansari yang akrab disapa Mbak Mung, mengatakan sekitar 70 tahun yang lalu PB X pernah ke pesanggrahan tersebut untuk meninjau perkembangan Gunung Merapi di Klaten. Pasalnya, Gunung Merapi merupakan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah Klaten, Boyolali dan Sukoharjo. “Sumber air dari Gunung Merapi itu mengairi sungai-sungai di wilayah itu. PB X kala itu memastikan agar air dari Merapi tetap lestari,” terangnya.

Selain di Deles dan Madugondo, di Boyolali ada juga pesanggrahan serupa, yakni di Selo dan Pengging. Sedangkan di Sukoharjo, pesanggrahan itu berada di Kandang Menjangan. Pesanggrahan itu, ungkap Mbak Mung, yakni untuk memantau aliran air dari gunung tersebut. Kendati alirannya kecil, namun aliran itu bisa untuk memberikan penghidupan bagi masyarakat.

Ke depan, imbuh Mbak Mung, pihak Keraton Surakarta meminta kepada pihak Pemkab Klaten agar pesanggrahan tersebut dipelihara oleh Pakasa. Selain agar hubungan dengan keraton tetap terjalin, fungsi dari pesanggrahan itu juga tetap berjalan. “Apalagi Pakasa ini dulu yang mencetuskan pertama kali juga PB X,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif