Lifestyle
Sabtu, 10 Maret 2012 - 11:12 WIB

JASA KURIR: Merintis Usaha Kargo dari Solo

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ANGKUTAN BARANG--Truk keluar dari kapal Motor Kirana IX yang merapat di Pelabuhan Makassar, Senin (5/3/2012) Truk adalah bagian penting dalam bisnis transportasi.PAULUS TANDI BONE/JIBI/Bisnis Indonesia

ANGKUTAN BARANG--Truk keluar dari kapal Motor Kirana IX yang merapat di Pelabuhan Makassar, Senin (5/3/2012) Truk adalah bagian penting dalam bisnis transportasi.PAULUS TANDI BONE/JIBI/Bisnis Indonesia

Bagi dunia usaha, jasa kargo atau ekspedisi adalah nyawa dalam berbisnis ke luar kota. Tak heran jika di Solo kini menjamur banyak sekali perusahaan jasa kargo. Namun dari sekian banyak usaha itu, hanya segelintir yang benar-benar tumbuh dari Solo.

Advertisement

Salah satu dari sedikit kargo asli Solo itu adalah Indo Jaya Logistic yang berpusat di Singopuran, Kartasura. Sekilas nama Indo Jaya memang tidak setenar usaha kargo raksasa yang berpusat di Jakarta. Namun, usaha milik Haryanto Santoso ini adalah langganan para pengusaha yang sering mengirim barang dari dan keluar Soloraya. Indo Jaya sering dipercaya mengirimkan barang dalam jumlah besar melalui jalur darat dengan via truk.

“Ini memang baru dimulai sejak Maret 2010 lalu. Tapi sekarang sudah ada 12-an perusahaan yang jadi langganan tetap,” terang Haryanto saat ditemui Espos, Minggu (4/3).

Advertisement

“Ini memang baru dimulai sejak Maret 2010 lalu. Tapi sekarang sudah ada 12-an perusahaan yang jadi langganan tetap,” terang Haryanto saat ditemui Espos, Minggu (4/3).

Haryanto mendirikan usaha ini nyaris tanpa modal. Dengan Rp300.000 saat memulai usaha, Haryanto hanya mengandalkan pengalaman dan jaringan. Laki-laki asal Gajahan, Colomadu ini memang cukup lama berkecimpung di dunia marketing sebelum membuka usaha sendiri. Setelah 14 tahun menjadi pemasar, Haryanto sempat bekerja di sebuah perusahaan kargo selama lima bulan.

Saat mendirikan usaha kargo sendiri, Haryanto menemui banyak tantangan berat. Bukan hanya minim modal, usaha yang dibentuknya juga belum punya nama. Saat Haryanto mempresentasikan Indo Jaya Logistic ke berbagai perusahaan, tidak semua memberikan sambutan baik. “Kebanyakan klien hanya mau membayar jasa kargo tidak dengan cash tapi dengan tempo. Terus terang waktu itu saya hanya tidak bisa kalau pembayarannya dengan tempo karena tidak ada modal,” kenang Haryanto.

Advertisement

 

Manajemen Klaim

Bersaing dengan perusahaan kargo besar membuat Haryanto memberikan layanan lebih bagi para pelanggan. Tarifnya memang lebih tinggi dibandingkan para kompetitornya namun dia memberikan jaminan penanganan risiko yang cepat. Jika ada keterlambatan atau kerusakan, Haryanto cepat merespons klaim yang disampaikan oleh pelanggan. Dia berani menjamin bahwa seluruh kerugian akan ditanggungnya.

Advertisement

Keberanian untuk menjamin risiko itulah yang membuat dirinya dipercaya oleh sejumlah pelanggan. Salah satunya adalah saat dia pertama kali mendapatkan job untuk mengantarkan produk fiber dari Solo ke Lubuk Linggau satu kendaraan penuh. Namun begitu barang dibongkar muat di sana, ada sebagian barang yang remuk dalam perjalanan.

“Saya pun menanggung semua kerugiannya. Kalau saya hitung-hitung waktu itu kerugiannya sampai Rp2 juta, ya saya bayar semuanya.”

Sebenarnya total nilai barang yang rusak tidak sebesar itu. Namun Haryanto tidak hanya menghitung nilai kerusakan, juga ketiadaan jasa perbaikan fiber di tempat itu. Ganti rugi itu membuat Haryanto tinggal menerima untung bersih beberapa ratus ribu saja.

Advertisement

Dari kejadian itulah klien tersebut mempercayai jasa kargo Haryanto. Dia pun terus menerus menerima order dari sang klien, termasuk beberapa pengiriman barang perusahaan lain yang direkomendasikan klien asal Lubuk Linggau itu.

Demikian pula saat dia dipercaya untuk mengirimkan barang milik sebuah perusahaan keluar Jawa melalui Tanjung Priok. Saat itu truknya terlambat sampai satu hari sampai di tujuan karena terlambat mengikuti jadwal kapal. Haryanto pun memberikan ganti rugi saat kliennya mengajukan klaim Rp400.000. Pernah juga Haryanto membayar ganti rugi Rp400.000 gara-gara pesanan sebuah perusahaan di sana telat dan menyebabkan produksi tertunda. Tapi dari situlah para klien semakin mempercayainya.

“Saya berkeyakinan bahwa handling komplain yang baik itu akan berbuah keemasan,” ujar Haryanto.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif