Jelajah
Minggu, 19 Februari 2012 - 10:17 WIB

DESA WISATA: Gerabah Miring dari Melikan

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu perajin gerabah di Desa Melikan (HARIAN JOGJA/GARTH ANTAQONA)

Salah satu perajin gerabah di Desa Melikan (HARIAN JOGJA/GARTH ANTAQONA)

Gerabah-gerabah di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah berjajar di teras-teras rumah sepanjang jalan desa. Gerabah yang dibuat dengan teknik langka, putaran miring ini seakan menyambut ramah pengunjung yang datang.

Advertisement

Desa Wisata Melikan merupakan sentra gerabah, seperti Manding di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Melikan terletak sekitar 11 km sebelah selatan Kota Klaten, arah menuju objek religius Makam Sunan Pandanaran.

Begitu sampai di Melikan, pemandangan gerabah berjejer akan menyambut pengunjung. Gerabah di desa ini sebenarnya sama dengan gerabah lainnya. Yang membedakan adalah teknik pembuatannya.

Gerabah di Melikan dibuat dengan teknik langka yang unik, yaitu teknik putaran miring. Teknik ini bahkan diklaim oleh Sumilih, 41, Ketua Pengurus Desa Wisata Melikan sebagai teknik satu-satunya di dunia yang masih terus dipakai. “Teknik ini umurnya sudah ratusan tahun,” ujarnya kepada Harian Jogja pekan lalu.

Advertisement

Sumilih menuturkan selama ini banyak wisatawan yang khusus datang untuk membuat gerabah. “Banyak juga yang datang untuk mempelajari teknik putaran miring,” kata Sumilih sembari menambahkan ada sekitar 200 kepala keluarga (KK) yang menggeluti kerajinan gerabah di Melikan.

Menurut Sumilih, dulunya teknik putaran miring muncul untuk menghargai perempuan berkain pembuat gerabah. “Teknik ini juga memudahkan pekerjaan mereka,” terangnya.

Teknik putaran miring dapat menciptakan hasil gerabah berbentuk tipis dan kecil. Biasanya teknik ini menghasilkan kendi, piring dan wajan. “Keunikan proses teknik miring ini juga yang menjadi daya tarik para peneliti dari luar negeri untuk mengadakan penelitian,” tambah Sumilih.

Advertisement

Salah satunya adalah warga Jepang yang kagum dengan teknik ini lantas menggandeng Desa Melikan untuk membuat Labotorium Pusat Pelestarian Budaya Keramik Putaran Miring Melikan. Laboratorium ini diresmikan pada 14 April 2005.
Membuat Gerabah
Di labotorium ini pengunjung diperkenankan untuk mencoba teknik putaran miring dan mempraktikkan pembuatan gerabah hingga jadi. Biaya untuk bisa praktik Rp10.00-Rp12.000 per orang. Pengelola telah menyiapkan alat beserta tim pengajar.

Anda juga bisa membawa pulang hasilnya sebagai suvenir. Tak hanya bisa belajar gerabah saja, di Melikan, pengunjung juga bisa mlihat aktifitas warga memproses gerabah mulai dari penyiapan tanah liat, gerabah mentah, penjemuran, hingga pada proses pembakaran dan finising.

Selain itu lanskap Desa Melikan yang berbukit juga mendukung untuk wisata alam.  Lahan–lahan luas dapat dipergunakan untuk lokasi camping, tracking dan outbond. Ada juga sajian wisata lain yaitu kesenian tradisional, home industry makanan ringan, perikanan, kolam pemancingan, homestay hingga objek wisata di sekitar Desa Melikan, yakni Goa Maria, Makam Sunan Pandanaran, dan Rawa Jombor yang letaknya sangat berdekatan.(Wartawan Harian Jogja/Garth Antaqona)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif