News
Rabu, 15 Februari 2012 - 16:24 WIB

73 Mahasiswa ISI SOLO Diwisuda

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi wisuda lulusan perguruan tinggi (JIBI/Solopos/Dok)

ILUSTRASI (JIBI/SOLOPOS/Dok)

SOLO–Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Prof Dr T Slamet Suparno SKar, mengungkapkan lulusan perlu mengembangkan diri salah satunya lewat jalur pendidikan formal untuk meningkatkan kompetensi dan menangkap peluang dari kemajuan teknologi di bidang seni.

Advertisement

Dia mengatakan ada 73 mahasiswa yang diwisuda sarjana dan magister tahun akademik 2011/ 2012, di Pendapa ISI Solo, Rabu (15/2). Mereka di antaranya berasal dari program studi Seni Karawitan, Seni Tari, Etnomusikologi dan Program Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni. Menurut Slamet, lulusan diminta tidak lekas puas pencapaian prestasi akademik serta keterampilan yang mereka peroleh. Mereka harus mengasah kemampuan di bidang seni salah satunya melalui jalur pendidikan formal.

“Dilihat dari masa studinya wisudawan tercepat menempuh pendidikan sarjana selama empat tahun tiga bulan dan masa tempuh program magister yakni satu tahun sepuluh bulan, ” ungkap dia.

Menurutnya bagi mereka yang tak melanjutkan pendidikan melalui jalur formal, mereka dapat terjun di tengah-tengah masyarakat guna mengembangkan keterampilan seni yang telah dipelajari di kampus. Menurutnya banyak garapan seni yang bisa diolah dan dikembangkan menjadi suatu tontonan maupun produk karya yang bernilai seni tinggi.

Advertisement

“Pada Program Pascasarjana program studi Penciptaan dan pengkajian seni untuk program doktor yang kami buka tahun ini, kami fokus dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan di bidang seni,” jelas dia.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan untuk program Bidik Misi atau beasiswa yang ditujukan bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu, tahun ini ISI mendapatkan kuota 75 mahasiswa. Mereka yang memperoleh dana ini akan mendapatkan dana senilai Rp6 juta per semester selama empat tahun.

“Program ini membantu mahasiswa yang berasal dari keluarga tak mampu untuk bisa meneruskan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi,” jelasnya.

Advertisement

(JIBI/SOLOPOS/Dina Ananti Sawitri Setyani)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif