Soloraya
Kamis, 9 Februari 2012 - 07:49 WIB

Walah!, Dapat Bantuan Malah TERJERAT UTANG...

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ngatno, 35, tinggal bersama keluarganya di sebuah rumah sederhana di RT 10/IV, Dukuh Duwet, Desa Duwet, Kecamatan Ngawen, Klaten. Rumah berdindingkan batu bata itu merupakan peninggalan kakeknya.

Bangunan itu terlihat keropos lantaran belum pernah diperbaiki kendati sudah berusia lebih dari 50 tahun. “Kondisinya sudah lapuk di mana-mana. Sebenarnya saya ingin memperbaikinya. Tetapi dari mana saya mendapatkan uang karena saya seorang buruh tani,” ujar ayah beranak satu itu saat ditemui Espos di kediamannya, Rabu (8/2/2012).

Advertisement

Di tengah himpitan ekonomi yang membelitnya, tiba-tiba terdengar kabar akan datangnya bantuan dari pemerintah untuk memperbaiki rumahnya. Kabar itu seolah-olah menjadi angin segar bagi dirinya dan keluarganya. “Bantuan itu turun berkat bantuan Pak Lurah. Katanya saya mendapat bantuan Rp10 juta untuk membangun rumah baru dari pemerintah pusat,” kata Ngatno.

Bantuan senilai Rp10 juta itu turun dua kali dengan rincian masing-masing Rp5 juta. Namun, persoalan lain muncul. Dana senilai Rp10 juta itu hanya cukup untuk membeli bahan material seperti pasir, batu kali, batu bata, semen, dan besi. Ngatno masih kebingungan untuk menutup kekurangan material lain seperti kayu serta memasang atap rumahnya. Belum lagi untuk membayar keringat dari buruh bangunan yang disewanya.

“Untuk membangun rumah ini diperkirakan membutuhkan dana senilai Rp25 juta. Bantuan dana dari pemerintah hanya Rp10 juta sehingga kekurangannya masih Rp15 juta,” terang Ngatno.

Advertisement

Bagaimanapun juga Ngatno mengaku sudah berterima kasih kepada pemerintah atas bantuan yang diterimanya. Namun dia harus bekerja keras untuk menutupi kekurangan dalam pembangunan rumahnya. Pasalnya, bantuan itu harus segera dipertanggungjawabkan kepada pemerintah. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain bagi dirinya kecuali harus berutang kepada saudara-saudaranya.

“Sebenarnya saya masih memiliki tabungan, tetapi tidak seberapa jumlahnya. Mau tidak mau saya harus berutang kepada saudara-saudara saya,” paparnya.

Hal serupa juga dialami Paimo, 40, warga RT 13/V, Dukuh Duwet, Desa Duwet, Kecamatan Ngawen. Dia menyadari bantuan dari pemerintah senilai Rp10 juta itu hanya sebatas stimulan sehingga masih membutuhkan dana tambahan untuk mewujudkan keinginannya memiliki rumah yang layak huni. Namun dia sedikit bernasib lebih baik daripada Ngatno.

Advertisement

“Kekurangan dana nanti akan diusahakan oleh kedua anak saya yang saat ini masih merantau,” ungkapnya. JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif