Soloraya
Sabtu, 28 Januari 2012 - 16:18 WIB

PERPUSTAKAAN SOLO Memprihatinkan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Daryono

Daryono SSos

SOLO–Kondisi perpustakaan daerah di Kota Solo dinilai masih memprihatinkan baik dari sisi gedung, sarana prasarana (Sarpras) maupun sumber daya manusia (SDM) nya. Demikian disampaikan salah satu pustakawan pada perpustakaan Program Pascasarjana UNS Universitas Sebelas Maret (UNS), Daryono SSos saat ditemui Solopos.com di kompleks Masjid Ahmad Dahlan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, Sabtu (28/1/2012)

Advertisement

“Sebenarnya, untuk pengembangan gedung sudah direncanakan dan digedog di Musrenbangkot tahun 2009 dan 2010 sampai Rp3 miliar tapi realisasinya hingga sekarang tidak ada. Gedung Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Solo masih memprihatinkan,” ucap Daryono.

Daryono menilai  keberadaan perpustakaan di Solo sangat penting apalagi Solo sebagai Kota Budaya. Perpustakaan, imbuhnya, merupakan salah satu sarana untuk melestarikan budaya. Selain itu, peran perpustakaan yang tak kalah pentingnya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Daryono, Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi) punya andil besar untuk ikut mengembankan perpustakaan di Solo. Dia menuturkan sudah mengusulkan wacana perpustakaan daerah di Solo kepada Jokowi pada tahun 2010 tapi belum ada tanggapan. Dia menilai perhatian maupun bantuan kepada Museum Radyapustaka bahkan lebih besar dibandingkan kepada perpustakaan.

Advertisement

Hingga kini, lanjut Daryono, soal lokasi untuk perpustakaan daerah juga belum ada titik temu. Selama ini lokasi yang ditawarkan biasanya merupakan daerah pinggiran. Padahal, jelas dia, lokasi untuk perpustakaan daerah adalah lokasi yang representatif dan idealnya strategis, mudah dijangkau dan tidak bising.

Di samping soal gedung dan Sarpras yang minim, alumnus S1 Ilmu Perpustakaan FIKOM Universitas Islam Nusantara Bandung juga melihat SDM di Perpustakaan Kota Solo belum memadai. Daryono menganggap SDM di Perpustakaan Kota Solo masih orang-orang “buangan” yang merupakan pindahan dari unit-unit kerja lain. “Pimpinannya juga belum pernah dijabat orang yang punya background pustakawan,” tambahnya.

(JIBI/SOLOPOS/Nadhiroh)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif