Tokoh
Minggu, 15 Januari 2012 - 16:17 WIB

H Abdullah Usman, Kagumi Perubahan Solo

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - H Abdullah Usman (JIBI/SOLOPOS/Hijiriyah Al Wakhidah)

H Abdullah Usman (JIBI/SOLOPOS/Hijiriyah Al Wakhidah)

Sekitar 12 tahun yang lalu, pria bernama Abdullah Usman menginjakkan kaki di Kota Solo. Ia tidak menyangka, saat ini ia harus kembali ke Solo dan melanjutkan amanah profesinya di Bandara Adi Soemarmo Solo.
Advertisement

Usman, sapaannya, menggantikan Andri Iskandri sebagai General Manager Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo Solo. Ia bahkan tidak hanya memboyong profesinya ke Solo, melainkan juga akan memboyong keluarganya yang sekarang ada di Bogor untuk pindah ke Solo. “Solo memang bukan kota yang asing bagi saya, karena saya dulu sekolah di Panasan. Saya dapat basic sekolah penerbangan ya dari Kota Solo ini. Tapi sekarang, Solo sudah sangat jauh berbeda. Ketika saya kembali ke Solo beberapa hari lalu, saya cukup kagum dengan perubahan yang terjadi di Solo,” kata Usman.

Pria asli Surabaya ini sebelumnya adalah seorang dosen di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara di Lembang. Terakhir, pangkatnya adalah kolonel penerbang. “Tapi saya sudah pensiun dari pangkat itu. Saya sekarang Usman seorang GM yang siap mengembangkan bandara di Solo,” tegas dia.

Untuk memimpin PT Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo Solo, tentunya ia sudah punya modal pengalaman. Karena, ia pernah menjadi Komandan Lanud di Kalimantan Tengah. Ia pun pernah menjadi Liaison Officer di Kodam Sriwijaya Palembang. Pengalaman inimenjadi modal merangkul dan menjalin kerja sama yang baik dengan stake holders yang selama ini menjadi bagian dari PT Angkasa Pura. “Dan saya ingin membangun dan menjaga citra institusi ini. Ke depan, saya ingin mengembangkan program untuk lingkungan, khususnya membantu pendidikan dan kesehatan masyarakat sekitar,” katanya.

Advertisement

Di pendidikan militer dulu, ia lebih fokus belajar tentang helikopter. “Jadi, saya pernah keliling dari Sabang sampai Merauke. Enaknya bisa tidur dari hotel ke hotel tapi tahun 1986-1997, saya ditempatkan di daerah konflik di Timor Timur. Jadi, dinamika terjun ke dunia militer ternyata cukup menantang bagi saya,” tambah pria berusia 47 tahun itu.

JIBI/SOLOPOS/Hijriyah Al Wakhidah

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif