Tokoh
Rabu, 11 Januari 2012 - 12:51 WIB

Usman Abu Bakar, Wakafkan Hidup Untuk Pendidikan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Usman Abu Bakar (JIBI/SOLOPOS/Ika Yuniati)

Usman Abu Bakar (JIBI/SOLOPOS/Ika Yuniati)

Sosoknya tampak sangat tenang dan bersahaja. Pria kelahiran Palembang 8 Desember 1948 bernama lengkap Usman Abu Bakar ini sudah menggeluti dunia pendidikan semenjak umur 13 tahun. Saat duduk di bangku madrasah ibtidaiyah (MI) Usman sudah sering diminta mengajar di kelas saat gurunya tidak bisa hadir.
Advertisement

Cita-citanya sejak kecil hanya ingin menjadi seorang guru. Usman sudah 35 tahun lebih mengabdikan hidupnya untuk dunia pendidikan. Menjadi pengajar di berbagai jenjang pendidikan pun sudah ia lakoni, mulai dari guru TPA, SD, SMP, SMA hingga menjadi seorang dosen.

Mantan ketua STAIN (sekarang IAIN) Surakarta Periode 2006-2010 ini sekarang menjabat sebagai Kepala Sekolah Menengah (SM) Al-Firdaus Kartasura. Menjadi dosen selama 28 tahun membuat Usman rindu dengan dunia mengajar di jenjang sekolah menengah. Usman kini juga mengajar di IAIN Surakarta dan konsultan ahli di Pondok Pesantren Islam Modern Assalaam.
Saat ditemui belum lama ini, Usman mengatakan pendidikan merupakan hal utama yang diperlukan jika ingin Indonesia lebih maju. Sedangkan kunci keberhasilan pendidikan di Indonesia adalah harus diawali sejak dini.

Setiap mengajar ia selalu menekankan untuk peningkatan pendidikan di tiga bidang, yaitu spiritual, emosional serta intelektual. Usman yakin dengan menggunakan tiga bidang tersebut secara integral serta komprehensif, kualitas dunia pendidikan di Indonesia bisa berangsur-angsur diperbaiki.

Advertisement

Usman juga selalu menggunakan filosofi pohon bunga dalam dunia keilmuan yang selama ini ia geluti. Pendidikan harus meliputi bidang akidah, science, laboratorium, serta life skills dan hasilnya bisa berguna bagi seluruh masyarakat.

Pria yang selalu menggunakan konsep pendidikan Islam ini berharap seluruh hidupnya bisa digunakan untuk mengabdikan diri di dunia pendidikan. Menurutnya pendidikan tidak hanya dalam ranah formal, namun juga informal, seperti pendidikan moral kepada masyarakat sekitar. Dunia pendidikan begitu mendarah daging dengan Usman. Usman mengatakan sudah rela mewakafkan dirinya untuk dunia tersebut. “Saking cintanya, saat kepala saya sakit atau dalam keadaan tidak sehat, saya jadi sembuh saat sudah masuk kelas,” tutur Usman.

Menurut Usman menjadi pendidik sejati itu harus dilakukan dengan sepenuh hati. Mampu mentransfer pengetahuan sekaligus memberikan nilainya kepada anak didik. “Ya menjadi pengajar itu kan berarti menjadi pelayan,” tambahnya. Harapannya seluruh lapisan masyarakat Indonesia bisa mengenyam pendidikan.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Ika Yuniati

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif