Soloraya
Rabu, 4 Januari 2012 - 21:38 WIB

Kondisi SDN 2 Penggung Memrihatinkan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BOYOLALI – Di tengah hiruk pikuk rencana relokasi perkantoran Pemkab Boyolali yang menelan dana miliaran rupiah, sebuah sekolah dasar di Penggung, Kecamatan Boyolali Kota justru menunjukkan ironi tersendiri.

Bangunan SDN 2 Penggung yang dibangun 1979 itu memang masih tampak kokoh dari luar namun banyak kerusakan di dalamnya.
“Jika hujan turun lebat, beberapa ruang kelas termasuk ruang guru kebanjiran. Sebab, atap banyak yang bocor lalu merembes ke dinding kelas,” tutur Kepala SDN Penggung 2, Titik Sri Ardiani saat ditemui wartawan di sekolah, Rabu (4/1/2012).

Advertisement

Perempuan yang baru saja menjabat sebagai Kasek di sekolah ini pun bercerita salah satu ruang kelas terpaksa diberi penyangga karena atapnya doyong. Ruang Kelas I diberi penyangga berupa bambu karena atapnya miring. Meskipun demikian, ruang itu masih tetap digunakan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Bahkan, pernah suatu hari ruang Kelas I itu roboh saking rapuhnya penyangga atap. Beruntung, hal itu terjadi pada malam hari sehingga runtuhnya atap tidak sampai menimpa para siswa yang tengah belajar di kelas.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Boyolali, Agus Wiyono pun saat mengunjungi sekolah tersebut menuturkan sekolah dalam dilema. Di satu sisi secara aturan, jumlah murid yang hanya 60-an itu masuk kategori sekolah yang harus di regrouping. Akan tetapi, letak geografis sekolah yang jauh dengan sekolah dasar lainnya patut dipertimbangkan. Ia pun berharap kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga (Dikpora) Boyolali untuk memberikan bantuan berupa rehab bangunan.

“Secara geografis sekolah ini jauh dari sekolah lain. Namun, siswanya memang kurang dan masuk kategori usulan regrouping. Kondisi di lapangan seperti ini jadi pertimbangan ataupun pengecualian,” katanya.

Advertisement

Sedangkan Kabid SD Dikpora Boyolali, Darmanto, mengungkapkan kondisi sekolah yang demikian menjadi pertimbangan tersendiri. Apakah akan masuk regrouping maupun diberi rehab. “Kami akan kaji lebih lanjut. Kondisi geografis menjadi pertimbangan. Jangan sampai mengorbankan siswa. Jangan sampai mereka tidak bisa belajar karena letak sekolah yang jauh,” paparnya.

JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif