Soloraya
Senin, 4 Juli 2011 - 11:00 WIB

Belajar kinerja ke Probolinggo

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Landfill (SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Sulap sampah jadi aset penuh berkah

Landfill (SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Advertisement

Senin (27/6/2011), rombongan yang dipimpin kabag Humas Pemkab Wonogiri, Waluyo, menuju tiba di Kantor Pemkot Probolinggo sekitar pukul 08.55 WIB. Rombongan disambut oleh pejabat Kota Probolinggo, seperti Kabag Humas, Gatot Wahyudi, Kepala Bappeda Budi Kristyanto dan Kabag Umum dan mantan Kabag Humas Rey Suwigtyo.

Pertemuan di salah satu ruangan selesai pukul 11.00 WIB. Berdasarkan pemantauan Espos, tulisan selamat datang terpampang secara jelas saat bus berisi rombongan Kunker melintas di jalan protokol kota itu.

Advertisement

Pertemuan di salah satu ruangan selesai pukul 11.00 WIB. Berdasarkan pemantauan Espos, tulisan selamat datang terpampang secara jelas saat bus berisi rombongan Kunker melintas di jalan protokol kota itu.

Di sepanjang jalan protokol hingga Kantor Pemkot Probolinggo taman kota tumbuh subur dan bersih. Menurut Gatot, tahun ini ada tambahan lima penghargaan Adiwiyata. Kami membuat program tamanisasi 1.000 lokasi.

Selain taman, Probolinggo juga memaksimalkan pengolahan sampah. Kepala Bappeda Probolinggo, Budi Kristyanto mengatakan, pola pengelolaan sampah menjadi salah satu program yang diminati daerah lain.

Advertisement

Kabid Kebersihan, Badan Lingkungan Hidup, Probolinggo, Abdul Rahman mengatakan pihaknya melibatkan 52 pekerja untuk memilah-milah sampah.

“Lokasi TPA memiliki luas 4,5 hektare. Volume sampah per hari mencapai 44 ton. Sampah diolah menjadi biogas yang bisa menerangi lokasi TPA. Saat ini kami akan memperluas lahan TPA namun masih terkendala 30-an KK. Jika program rumah susun (Rusun) selesai, mereka kami pindahkan ke Rusun itu.”

Dalam hal pengolahan sampah, sekilas Espos melihat lokasi hamparan tidak jauh berbeda dengan lokasi TPA di Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo. Lahan yang begitu luas dengan bangunan unit pengolah sampah menjadi biogas ataupun kantor. Bedanya, TPA di Probolinggo kondisi sampah hanya terlihat sebagian sedangkan di TPA Ngadirojo sampah terlihat menghampar.

Advertisement

Perbedaan lain, lalat dan bau tercium saat orang datang ke lokasi TPA namun di Probolinggo kondisi itu tidak ada. Menurut Kabag Humas Rey, Suwigtyo, metode yang dipakai adalah metode landfill. Metode ini relatif mudah dilakukan. Hamparan besar dengan lapisan bawah berupa terpal atau plastik itu bisa menampung sampah dalam jumlah besar. Akan tetapi, jika penanganan kurang tepat landfill dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan lingkungan.

Masalah utama yang sering timbul adalah bau dan pencemaran air lindi atau leachate yang dihasilkan. Selain dua hal itu, landfill juga menghasilkan gas metana jika tidak dimanfaatkan akan menyebabkan efek pemanasan global.

Air lindi merupakan air dengan konsentrasi kandungan organik yang tinggi yang terbentuk dalam landfill akibat adanya air hujan yang masuk ke dalam landfill. Air lindi merupakan cairan yang sangat berbahaya karena selain kandungan organiknya tinggi, juga dapat mengandung unsur logam (seperti Zn, Hg).

Advertisement

Air lindi memerlukan perlakuan awal, yaitu dengan menghilangkan kandungan inorganik dalam air lindi. Setelah kandungan inorganik dalam air lindi dapat dihilangkan atau dikurangi, kemudian air lindi dapat diolah lebih lanjut untuk menghilangkan kadar kandungan organiknya.

(Trianto Hery Suryono)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif