Tokoh
Senin, 5 September 2011 - 17:30 WIB

Warsito Purwo Taruno, ilmuwan dari lereng Lawu

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Warsito Purwo Taruno. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Solopos.com–Dalam dua hari masa mudik tak ada seperangkat alat listrik,  komputer, bahan uji coba lainnya hingga paper, yang biasanya menemani Warsito Purwo Taruno.

Advertisement

Ilmuwan bidang tomograpy yang menghasilkan alat pemindai yang kini dipakai Badan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) itu menenggelamkan diri dalam ritus mudik bersama jutaan orang lainnya, untuk menemui keluarga di desa.

Dijumpai Espos, Kamis (1/9/2011), dia sedang duduk santai di langgar  di sudut rumahnya di RT 2/RW IX, Ploso Lor, Plosorejo, Matesih, Karanganyar. Warsito yang mengenakan kaus warna biru muda dipadu dengan jeans warna senada, tengah bersantai dan bercengkerama dengan anggota keluarganya.

Advertisement

Dijumpai Espos, Kamis (1/9/2011), dia sedang duduk santai di langgar  di sudut rumahnya di RT 2/RW IX, Ploso Lor, Plosorejo, Matesih, Karanganyar. Warsito yang mengenakan kaus warna biru muda dipadu dengan jeans warna senada, tengah bersantai dan bercengkerama dengan anggota keluarganya.

Putra Karanganyar yang namanya bersinar di publik Amerika sebagai penemu teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT) 4 yang digunakan di sistem pesawat ulang-alik ini, ingin sejenak bernostalgia berada desa tercinta melepas kerinduan mendalam berkumpul bersama keluarga pada Hari Fitri. Bolak-balik ke luar negeri, dirinya mengaku tak punya banyak waktu untuk istirahat di kampung tempat menghabiskan masa kecilnya ini.

Hanya beberapa hari di kampung, dia beserta keluarga tak menyia-siakan waktu, langsung mengunjungi satu per satu sanak saudara di Matesih dan bercengkerama dengan anggota keluarga. Bagi Warsito, itu adalah obat terbaik, sebelum melanjutkan rutinitas kerjanya.

Advertisement

Untuk itu, sebelumnya Warsito mengunjungi beberapa negara untuk melakukan riset, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai pembanding.

Melakukan pemeriksaan mulai dari kebijakan negara, aplikasi, penggunaan teknologi dan sains merupakan bidang kerjanya di kegiatan ASEAN, belakangan ini.

“Sesampainya di Jakarta, saya harus bertolak lagi ke Bangkok, Laos, Vietnam, untuk menyelesaikan riset di beberapa negara. Ini kesempatan berharga saya, bisa pulang dan bertemu saudara di sini,” ungkap dia.

Advertisement

Dari penelitian ini, masing-masing negara dapat membandingkan posisi mereka di kawasan ASEAN ini dalam pemanfaatan program teknologi dan sains. Apa kelemahan dan keunggulan dari sistem kebijakan yang dilakukan juga menjadi pembelajaran bagi negara lainnya untuk mempercepat perkembangan bidang teknologi dan sains.

“Posisi Indonesia di bidang teknologi trennya naik dan positif, meski posisi Indonesia sendiri berada di tengah-tengah dibandingkan negara tetangga. Indonesia berada di posisi setelah Singapura, Malaysia dan Thailand,” jelasnya.

Penggunaan sains dan teknologi ini sangat efektif dikembangkan di bidang pendidikan. Porsi 20% alokasi di bidang pendidikan untuk pengembangan sains sebenarnya terbilang tinggi dibandingkan negara lainnya. Warsito menambahkan dilihat dari tolak ukur gross domestic product atau produk domestik bruto, Indonesia sejajar dengan Thailand yang menempatkan anggaran pemanfaatan teknologi dan sains yakni 0,07%.

Advertisement

Sementara Singapura berada diposisi 3% dan Malaysia 1% dari produk domestik dihasilkan yang memanfaatkan sektor Iptek. “Persoalan di Indonesia adalah banyaknya kebutuhan untuk subsidi di berbagai sektor dan utang membuat perkembangan Iptek agak terhambat,” ulas dia.

Sebagai peneliti, jejak prestasi Warsito patut dibanggakan. Alumnus SMAN 1 Karanganyar ini meng-up grade teknologi alat pemindai seperti Computerized Tomography (CT Scan) dan  Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang kerap digunakan di bidang kedokteran.

Dia menemukan ECVT 4 dimensi yang mampu menembus reaktor baja pada kilang minyak. “Hingga kini, hasil penemuan saya digunakan di NASA dan terus dilakukan pengembangan lebih lanjut.”

(Dina Ananti Sawitri Setyani)

Advertisement
Kata Kunci : Matesih
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif