Tokoh
Minggu, 3 Juli 2011 - 21:58 WIB

Kristatang, tak mau mendompleng nama besar Gepeng

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang berjiwa seni kental sekaligus menyandang nama besar orangtua, ada beberapa kemungkinan yang terjadi. Bisa jadi sang anak akan tertular jiwa seni warisan orangtua dan mengembangkannya dengan baik atau malah diam saja dan sudah merasa nyaman dengan ketenaran orangtua di masa lampau.

Seorang komedian yang kini juga merambah di jalur sinetron, Kristatang, tak ingin dianggap hanya mencari kesempatan di balik nama besar almarhum Ayahnya, Gepeng Srimulat. Meski kini ia terkenal dengan sebutan Tatang Gepeng, tapi embel-embel nama almarhum Ayahnya itu bukan hanya sebagai gaya-gayaan. “Saya tumbuh dalam lingkungan seni dan komedi, kebesaran nama almarhum Ayah menjadi pemicu bagi saya untuk makin serius bergiat dalam dunia hiburan, khususnya komedi,” ungkap Tatang saat ditemui Espos, Minggu (3/7/2011).

Advertisement

Terbukti, pria kelahiran Jogja, 13 Maret 1973 itu tak pernah segan menimba ilmu seni dari para senior lawak seangkatan almarhum Ayahnya di Srimulat. Namun, tak hanya mengekor, Tatang pun ingin lebih mengeksiskan komedi dengan cara yang beragam. Kini meski ia tengah disibukkan dengan syuting sinetron stripping, Pesantren & Rock n Roll, di salah satu stasiun televisi swasta nasional, dirinya tak pernah lupa dengan jati dirinya yang seorang komedian.
“Pada dasarnya seni itu kan sama. Saat ini istilahnya saya sedang melakukan pemerataan peran. Di sinetron, saya tetap tak pernah meninggalkan karakter sebagai komedian. Ya, walau dengan syuting stripping, waktu saya tampil di panggung lawak banyak tersita, tapi yang pasti saya tetap konsisten dengan dunia komedi,” imbuh dia.

Jika dulu almarhum ayahnya tenar dengan jargon “untung ada saya”, Tatang pun tak kalah kreatifnya dalam memunculkan ciri khas. Sekarang hampir sebagian besar pemirsa televisi sudah tak asing lagi dengan istilah “Mas Bro”. Sebutan untuk memanggil kawan atau saudara laki-laki itu begitu populer dan kerap terdengar di berbagai kesempatan. Itu semua tercipta dari kreativitas seorang Tatang dalam sinetron yang dilakoninya. Pelawak yang berperan sebagai seorang santri lugu dan kocak bernama Fuad Ashar tersebut mengaku selalu berupaya melakukan eksplorasi dan improvisasi di setiap adegan. “Ketemu istilah Mas Bro itu juga dari eksplorasi. ‘Bro’ itu kan terdengar gaul, kalau Mas itu saya ambil dari tradisi Jawa dalam memanggil saudara laki-laki. Ya sudah, digabung saja. Tak disangka bisa jadi ciri khas,” tuturnya.

Namun, di balik kesuksesannya kini, Tatang sedikit menyimpan keprihatinan dengan kondisi regenerasi pelawak. Apalagi eksplorasi komedi dalam dunia industri kian susah mendapatkan tempat. Dari pengamatannya, saat ini terjadi situasi, di mana bumbu komedi muncul karena pemaksaan skenario. Hal itu membuat unsur komedi seakan dipaksakan dan tak bernuansa segar lagi. Beruntung, selama bergelut dalam dunia industri hiburan, ia tak pernah merasakan kondisi tersebut.

Advertisement

Syahaamah Fikria

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif