Bisnis
Selasa, 7 Mei 2024 - 11:07 WIB

Asita Solo Gandeng Daerah Lain untuk Datangkan Turis Asing

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana di terminal keberangkatan Bandara Adi Soemarmo Boyolali. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, SOLO–Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Kota Solo merespons perubahan status Bandara Adi Soemarmo dari bandara internasional menjadi bandara domestik.

Ketua Asita Solo, Mirza Ananda, menilai perubahan status Bandara Adi Soemarmo dari internasional menjadi domestik tidak terlalu berpengaruh. Karena, menurutnya, Bandara Adi Soemarmo sejak 2022 memang tidak lagi membuka penerbangan internasional secara reguler atau rutin.

Advertisement

Namun, untuk penerbangan carter Solo-Jeddah untuk umrah masih bisa dilakukan.

“Kalau sebenarnya operasional tidak ada penerbangan internasional itu sudah lama. Sudah dari 2022, sudah ada edaran bahwa yang bisa reguler lain itu hanya di Jawa itu hanya Jogja, Jakarta, dan Surabaya. Jadi sebenarnya dampaknya itu tidak terlalu berpengaruh sampai sekarang ini paling statusnya yang berubah, sudah resmi noninternasional,” terang Mirza saat dihubungi Solopos.com, Senin (6/5/2024).

Kendati demikian, Mirza berharap Bandara Adi Soemarmo bisa melayani penerbangan internasional secara rutin. Menurutnya, penerbangan carter untuk umrah masih tetap tinggi. Dalam sebulan sedikitnya ada empat kali penerbangan carter.

Advertisement

Dia mengatakan dulunya maskapai penerbangan internasional Malaysia Airlines sempat beroperasi di Bandara Adi Soemarmo. Adanya Malaysia Airlines ini menurut Mirza tidak hanya membawa penumpang rute Solo-Jeddah, tetapi juga melayani penerbangan internasional secara rutin.

“Sebelumnya ada Malaysia Airlines itu juga banyak membawa penumpang, bukan hanya Solo-Jeddah. Tapi memang internasional reguler flight itu juga bagus,” kata dia.

Dengan regulasi penerbangan carter yang hanya bisa membawa penumpang yang sama saat pulang-pergi menurut Mirza membuat jumlah wisatawan asing ke dalam negeri berkurang.

Advertisement

Selain itu, Mirza menyebut dengan perubahan status Bandara Adi Soemarmo menjadi bandara domestik bertolak belakang dengan event wisata unggulan yang sering digelar di Kota Solo.

Ketika tidak ada penerbangan internasional secara rutin di Solo, pihaknya harus berkolaborasi dan menggandeng dari wilayah lain untuk mendatangkan turis asing. “Berarti kami menggandeng teman-teman yang dari Jogja, Denpasar, dan Jakarta untuk membagi tamu mereka dan juga dibelokkan ke Solo,” pungkasnya.

Seperti diketahui, jumlah bandara internasional Indonesia berkurang dari 34 menjadi 17 bandara, termasuk Bandara Adi Soemarmo. Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan (Kepmenhub) No. 31/2024 (KM 31/2004) tentang Penetapan Bandar Udara Internasional pada 2 April 2024.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif