News
Jumat, 25 Maret 2011 - 09:27 WIB

Pakan ternak, peluang bisnis baru

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

  
Anda bosan menjadi seorang pegawai? Atau anda ingin nyambi membuka usaha sambil terus berkarya menjadi seorang pegawai?
   
Mungkin anda dapat melirik bisnis yang satu ini, yaitu bisnis pakan ternak. Bagi sebagian masyarakat di pedesaan, memelihara sapi atau kambing sudah tidak asing lagi. Sapi atau kambing merupakan investasi yang populer di pedesaan.
   
Dalam memelihara hewan ternak seperti sapi atau kambing ada tiga faktor utama yang harus di perhatikan, yaitu penyediaan pakan yang tidak boleh telat, kualitas pakan dan sumber pakan.
   
Hal inilah kemudian yang menjadi salah satu peluang bagi anda yang ingin menggeluti bisnis pakan ternak.
   
Salah satu yang menggeluti bisnis pakan ternak ini adalah Noto Sarju,61. Banyaknya para pemilik hewan ternak yang tidak bisa mencari sendiri pakan untuk piarannya, membuat Noto Sarju melihat peluang bisnis ini.
   
Noto mengatakan, dia sudah berjualan pakan ternak berupa jerami dan kolonjono sejak 25 tahun lalu. Menurutnya, waktu itu hanya dia saja yang menjual pakan ternak dan belum ada penjual yang lainnya.
   
Dalam sehari Noto Sarju dapat menjual hingga 50 ikat jerami dan 100 ikat kolonjono. Bahkan kalau sedang ramai bisa terjual 100 ikat jerami dan 200 ikat kolonjono dalam sehari.
   
“Kalau pembeli kolonjono ramai pada musim rendeng (penghujan, red). Karena kalau terlalu banyak kena air banyak yang baceg (banyak yang mati), sehingga para peternak kesulitan mendapatkan pakan ternak,” katanya, beberapa waktu lalu.
   
Noto Sarju membandrol dagangannya sebesar Rp5.000 per ikat untuk kolonjono, sementara untuk jerami dijualnya Rp3.000–Rp4.000 per tiga ikat untuk jerami kering dan Rp6.000 per tiga ikat untuk jerami basah,” ujarnya.
   
Menurut Noto Sarju, dirinya mendapatkan jerami selain dari wilayah Kulonprogo, juga dari wilayah Purworejo dan Bantul. Setiap ikat dibelinya seharga Rp5.000.
   
”Kalau kolonjono dapat dari nebas atau membeli dari petani yang lahannya ditanami rumput kolonjono, untuk harganya tergantung kualitas,” tuturnya.
   
Noto Sarju mengungkapkan, untuk mensiasati antara pemasukan dan pengeluaran, dirinya bahkan hingga menyewa lahan sawah di dekat lokasinya berjualan di sekitar Taman Binangun, Pengasih. Lahan yang disewanya seharga Rp1 juta per tahun tersebut khusus untuk menanam rumput kolonjono.
   
“Kalau kulak (membeli) terus kan berat, jadi saya menyiasati dengan menyewa lahan untuk ditanami kolonjono,” paparnya.
   
Penjual lainnya, Sri Ningsih yang merupakan anak dari Noto Sarju ini mengatakan, mengatakan, sejak harga sapi di pasaran turun, para pembeli pakan ternak saat ini lebih senang untuk membeli jerami ketimbang kolonjono karena lebih murah.
   
Sri menambahkan, pembeli yang datang ke lapaknya tidak hanya berasal dari para pemilik hewan ternak di wuilayah Kulonprogo saja, tetapi ada juga para pembeli yang datang dari Sleman dan Magelang.
   
”Ada langganan saya yang mempunyai 300 ekor kambing, kalau beli pakan pasti ke sini, sekali beli bisa sampai 150 ikat,” kata dia.
   
Salah satu pembeli pakan, Jiyono warga Pengasih mengatakan, harga pakan ternak di lapak milik Noto Sarju ataupun Sri Ningsih lebih murah ketimbang di lokasi lain di wilayah Kulonprogo. ”Di sini lebih murah daripada beli di tempat lain, jadi saya lebih senang beli di sini,” ucapnya.
   
Jiyono mengatakan, dirinya sering beli pakan karena ketetran jika harus mencari pakan setiap hari, apalagi pekerjaannya sebagai supir truk terkadang menuntut dirinya harus keluar kota.
   
”Kalau mau ke luar kota saya beli pakan sebanyak-banyaknya agar hewan ternak saya tidak mati,” ujarnya.(Wartawan Harian Jogja/Dasa Saputra)

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif