News
Rabu, 12 Januari 2011 - 14:37 WIB

Terseret banjir lahar, ibu & anak selamat berkat batang pisang

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Magelang–Jika Allah belum memanggil, maka terseret dahsyatnya banjir lahar dingin Merapi selama tiga jam pun takkan mampu memisahkan ibu dan anak ini dari dunia. Ibu anak ini selamat dari terjangan banjir sejauh 500 meter dengan memeluk erat tiga batang pisang.

Batang pisang penyelamat itu lalu tersangkut di bebatuan besar yang berada di tengah-tengah Kali Pabelan, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Magelang.

Advertisement

Marina ,32, janda muda yang tinggal di bantaran Kali Pabelan, tepatnya di Dusun Ngemplak, Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, saat banjir lahar dingin terjadi, Minggu (2/1) lalu sedang berada di depan rumah yang jaraknya 100 meter dari Kali Pabelan. Dia  menyuapi Muhammad Zaki ,4, buah hatinya.

“Saya sedang duduk-duduk di depan rumah suapi anak saya. Tiba-tiba ada suara gemuruh dari arah Sungai Pabelan dan saya langsung kalut ternyata saat melarikan diri saya sudah tersapu oleh arus lahar dingin,” kisah Marina saat ditemui di RSUD Muntilan, Magelang, Rabu (12/1).

Advertisement

“Saya sedang duduk-duduk di depan rumah suapi anak saya. Tiba-tiba ada suara gemuruh dari arah Sungai Pabelan dan saya langsung kalut ternyata saat melarikan diri saya sudah tersapu oleh arus lahar dingin,” kisah Marina saat ditemui di RSUD Muntilan, Magelang, Rabu (12/1).

Dalam kondisi terseret bersama material lahar dingin berupa pasir, batu dan puing-puing yang bercampur batu, Marina tidak bisa berbuat banyak dan hanya mengikuti arus lahar dingin yang berkecepatan 60 kilometer per jamnya.

“Saya hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Tuhan sambil memeluk anak saya sambil berteriak histeris dan menangis,” cerita Marina sambil meneteskan air matanya, teringat mimpi buruk yang telah berlalu itu. Marina bersandar di tempat tidur di bangsal Flamboyan RSUD Muntilan.

Advertisement

Debok itu lalu tersangkut di sebuah batu besar yang bertengger di tengah Kali Pabelan yang sangat deras arusnya. Marina lalu berteriak histeris meminta tolong beberapa warga yang sempat mengejar  dan menonton dirinya hanyut oleh arus banjir lahar dingin.

“Gusti Allah masih menyayangi saya dan anak saya. Begitu tersangkut di batu bersama tiga debok itu saya langsung berteriak dan melambaikan tangan ke belasan warga yang melihat hanyutnya saya bersama Zaki,” ujar Marina.

Warga lalu menyelamatkan diri dengan melempar seutas tali. Dia berhasil dievakuasi dan dilarikan ke RSUD Muntilan dalam kondisi setengah sadar.

Advertisement

Sutikno, dokter RSUD Muntilan yang menangani Marina dan anaknya menyatakan, Marina mengalami trauma yang sangat mendalam akibat musibah itu.

“Marina saat masuk ke RSUD Muntilan mengalami luka jejas atau sering disebut dengan memar pada bagian dinding dada kiri, bawah dan perut kiri atas. Dan lain luka –luka lecet sedikit di bagian punggung,” kata Sutikno.

Saat ini, Marina sudah diizinkan untuk pulang ke rumahnya kembali. Namun, dia memilih untuk bermukim sementara di rumah saudaranya yang jauh dari bantaran Kali Pabelan karena takut teringat kembali kejadian menakutkan itu.

Advertisement

Sementara, anak semata wayangnya, Muhammad Zaki, yang hanya mengalami lecet ringan, tampak bersenda gurau dengan riangnya selayaknya anak yang tak menanggung derita.

dtc/tiw

Advertisement
Kata Kunci : Banjir Lahar
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif