Tokoh
Senin, 28 November 2011 - 13:42 WIB

Dwiyana Pandanwangi, prihatin biaya pendidikan mahal

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dwiyana Pandanwangi (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

Dwiyana Pandanwangi (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

Tingginya biaya pendidikan saat ini, membuat perempuan kelahiran Bandung, 14 Desember 1980 ini berniat menciptakan sekolah murah.

Advertisement

Kecintannya terhadap anak kecil yang mendasari kuat keinginannya untuk membangun sebuah sekolah murah.

Dengan dibantu bersama tiga penyelenggara penyokong dana sekolah, dirinya akhirnya berhasil ikut dilibatkan dalam membangun sebuah sekolah murah bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PUAD) yang beralamat di Jalan Jeruk III Nomor 57 Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

Advertisement

Dengan dibantu bersama tiga penyelenggara penyokong dana sekolah, dirinya akhirnya berhasil ikut dilibatkan dalam membangun sebuah sekolah murah bagi Pendidikan Anak Usia Dini (PUAD) yang beralamat di Jalan Jeruk III Nomor 57 Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

Hanya Rp 10.000 per bulan uang SPP yang harus dibayarkan siswa di sekolah tersebut.

Bagi ibu Raimuna Dhyan Sadya, 6 dan Risabha Citayuwangi, 3,5 tidak ada kata mahal untuk mengenyam sebuah pendidikan.

Advertisement

Selama ini dirinya merasa miris mengetahui banyaknya sekolah mulai dari tingkat PAUD hingga jenjang yang tertinggi dengan biaya pendidikan yang fantastis. “Kalau bisa murah kenapa harus mahal,” itulah slogan resmi yang selalau ada di pikirannya.

Dengan mengandalkan alat peraga seadanya dan dibuat hasil karya sendiri seperti alat musik, wayang, menurutnya jauh lebih berharga dibandingkan membeli peralatan modern sebagai pendukung fasilitas sekolah.

Untuk sebuah biaya murah pun tidak ada hambatan melakukan pelajaran di luar sekolah. Pelajaran mengenal kondisi lingkungan luar bisa dikenalkan di sekitar lokasi sekolah.

Advertisement

Apalagi pendidikan anak di usia dini yang dibutuhkan hanya bermain dan belajar untuk merangsang stimulus anak seperti menyanyi, dongeng serta pengenalan lingkungan.

Kini, ada sebanyak 47 siswa di Pos PAUD Seruni Sehat Ngringo. Dirinya hanya berharap dengan konsep sekolah murah, warga kurang mampu bisa ikut mendapatkan pendidikan layak.

Tanpa perlu mengeluarkan biaya tinggi. Selain itu sangat diperlukan peran serta pemerintah untuk membangun sekolah murah berbasis karakter bangsa agar bisa lebih ditonjolkan.

Advertisement

(Indah Septiyaning W)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif