Lifestyle
Senin, 21 November 2011 - 20:11 WIB

Uniknya kerajinan dari bahan limbah penggergajian kayu

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - pahlawan

UNIK -- Salah satu lukisan karya Tresno Arti yang terbuat dari grajen atau serbuk kayu limbah penggergajian. (JIBI/SOLOPOS/Adib Muttaqin Asfar)

(Solopos.com) – Bagi kebanyakan orang, serbuk gergaji atau grajen lebih sering dianggap sebagai barang buangan. Status ekonominya tidak lebih dari limbah industri kayu atau paling tinggi sebagai media tanam untuk budi daya jamur. Namun siapa sangka grajen bisa dijadikan media lukisan di atas kanvas.
Advertisement

“Dulu saya pernah mau membeli grajen dari sebuah penggergajian kayu. Jumlahnya lumayan banyak, satu sak. Tapi pemiliknya malah bilang, ‘dibawa pulang saja’,” kata Sutrisno alias Tresno Arti, pelukis yang menekuni pembuatan karya seni dari grajen.

Dulu Tresno adalah seorang pengrajin berbagai suvenir seperti kotak pensil, bingkai foto dan barang-barang fungsional lainnya. Di tangannya, barang-barang tersebut dibuat dengan sentuhan yang berbeda dengan produk tangan orang lain. Kerajinannya menjadi khas karena faktor grajen, limbah kayu yang semula tidak dihargai oleh banyak orang. Hampir seluruh kerajinannya saat itu berasal dari bahan kertas namun permukaannya ditutup dengan lapisan grajen yang tebal.

PEMBUATAN -- Tresno Arti tengah mengerjakan lukisan wajah pahlawan dengan menggunakan media serbuk kayu limbah penggergajian. (JIBI/SOLOPOS/Adib Muttaqin Asfar)

Advertisement
Produk kerajinannya tergolong berhasil diterima pasar namun setelah tiga tahun lamanya dia merasa butuh tantangan baru. Sejak setahun lalu, dia mencoba membuat sesuatu yang baru dan belum pernah dibuat oleh pengrajin mana pun. Jenuh dengan membuat benda-benda kecil, lulusan Desain Grafis UNS ini mencoba melukis. Namun sekali lagi lukisannya tak jauh-jauh dari bubuk gergaji kayu.

“Dulu orang sempat sangsi dengan lukisan grajen, apakah nanti tidak berjamur. Tapi nyatanya memang tidak begitu,” katanya.

Keraguan orang memang sudah terjawab lewat berbagai karya yang dihasilkan dari serbuk grajen ini. Meskipun teknik pembuatan lukisan ini belum pernah populer, Tresno telah membuktikan bahwa kreativitas baru ini bisa diterima oleh khalayak. Tresno tampak percaya diri dengan karyanya dan terus menghasilkan karya baru setiap pekan tanpa menunggu pesanan datang. Hasilnya dia bawa ke Pasar Malam Ngarsapura setiap akhir pekan.

Advertisement

Hasil akhir lukisannya memang sudah tidak menampakkan wujud asli grajen yang digunakan meskipun warnanya masih seperti serbuk kayu. Grajen membuat lukisan tampak timbul dan menimbulkan kesan tiga dimensi. Kesan tiga dimensi itu makin kuat dengan hadirnya beberapa unsur yang dibuat dari akar wangi, seperti manusia, becak, tiang, gubuk, rumah dan pepohonan.

“Itu hasil dari eksplorasi yang terus-menerus. Kalau saya menyebut ini aliran impresionis, soalnya saya mengandalkan kontras warna,” terang Tresno. Kontras warna memang menjadi andalannya. Hal ini bukan tanpa alasan karena sifat grajen yang hanya memiliki satu warna. Artinya, Tresno hanya bisa mengandalkan grajen untuk menunjukkan gelap terang sebuah objek. Objek lukisannya pun tampak menyesuaikan diri. Lukisannya lebih banyak bercerita tentang kampung, gubuk, Solo tempo dulu dan objek klasik lainnya. Grajen menuangkan warna kayu yang memperkuat kesan kuno dan klasik pada objek-objek itu.

Adib Muttaqin Asfar

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif