Soloraya
Rabu, 9 November 2011 - 11:32 WIB

Batik Kliwonan masih andalkan transaksi manual...

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

MEMBATIK– Aktifitas membatik di Batik Purnama, salah satu unit usaha batik di Desa Wisata Batik Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Selasa (8/11/2011). (JIBI/SOLOPOS/Eri Maryana)

(Solopos.com)–Banyak orang yang tidak mengenal Sragen sebagai salah satu penghasil batik tulis.

Advertisement

Potensi batik di bumi Sukowati tersebut kurang terdengar jika dibandingkan Solo, Jogjakarta dan Pekalongan. Padahal Kabupaten Sragen memiliki dua sub-sentra batik yakni Kecamatan Plupuh dan Masaran.

Di kedua tempat tersebut ada desa penghasil batik. Letak keduanya berdekatan, saling berseberangan di sisi utara dan selatan Sungai Bengawan Solo. Berada di pinggiran sungai, kawasan ini juga dikenal dengan sebutan batik Girli (Pinggir Kali), atau pingir sungai.

Advertisement

Di kedua tempat tersebut ada desa penghasil batik. Letak keduanya berdekatan, saling berseberangan di sisi utara dan selatan Sungai Bengawan Solo. Berada di pinggiran sungai, kawasan ini juga dikenal dengan sebutan batik Girli (Pinggir Kali), atau pingir sungai.

Ada juga yang mengenalnya dengan sebutan batik Kliwonan karena mengambil nama salah satu desa produsen yang berlokasi di Kecamatan Masaran.

Predikat Desa Wisata Batik ini juga disandang oleh pembatik yang tinggal tak jauh dari desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen hanya berseberangan sungai Bengawan Solo, namun sudah berada di kecamatan yang berbeda, yaitu di desa Gedongan, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.

Advertisement

Kemudian masuk ke utara melintasi Desa Sidodadi, baru kemudian sampai di Desa Kliwonan. Pintu masuk berikutnya adalah sebelah barat Pasar Masaran, di Jalan Solo-Sragen Km 20.

Kurang dikenalnya Batik Kliwonan tampaknya patut dimaklumi karena sebagian besar perajin batik di Desa Kliwonan maupun Desa Pilang yang letaknya bersebelahan menyetorkan produksi mereka ke pengepul di Solo atau pemilik kios di Pasar Klewer Solo serta ke kota-kota besar seperti Yogyakarta dan Jakarta.

“Bahkan ada pula pelanggan kami dari Pekalongan yang mengambil batik dari sini dan diberi label sendiri,” kata Ny Ramno, salah satu pemilik Batik Tradisional Purnama, yang berlokasi di Dusun Dalangan, Desa Kliwonan, Kecamatan Masaran, Sragen, saat ditemui Espos, Selasa (8/11/2011).

Advertisement

Perempuan lima anak yang merintis usaha batik bersama suaminya, Yamto, tersebut mengaku tidak mempermasalahkan pemberian label lain pada batik yang diproduksinya.

“Yang penting batik kami terjual, dan selanjutnya itu urusan pembeli. Tidak masalah kalau diberi label berbeda, karena ada juga yang memesan tidak perlu diberi label dari tempat kami,” jelasnya.

Selain itu pengusaha batik di Desa Kliwonan masih mengandalkan transaksi secara manual, pembeli datang ke lokasi dan membayar secara tunai. Mereka belum menggunakan penjualan secara on line lewat website di internet. “

Advertisement

Sudah sepuluh tahun ini, penjualannya ya secara langsung. Tidak lewat internet. Kami sudah terbiasa dengan transaksi langsung,” kata Ny Ramno yang menyulap rumahnya menjadi tempat tinggal sekaligus tempat produksi dan etalase batik tulis dan printing miliknya.

Meskipun ada juga yang membeli lewat telepon dan meminta barangnya dikirim lewat jasa kurir paket. “Tapi biasanya yang beli lewat telepon sudah pernah ke sini.”

Hal ini juga dibenarkan oleh Suwanto AR, Kepala Desa Pilang, hampir semua pemilik unit usaha batik di Desa Batik Kliwonan menyuplai produksi batiknya ke broker- broker yang ada di kota.

“Penjualan ritel lewat internet satu dua ada, tapi sebagian besar masih lewat manual. Targetnya agar produksinya cepat terjual dan bisa beli kain lagi untuk produksi,” jelas Suwanto.

Demikian pula untuk membuat showroom di rumah produksi, lanjutnya, mereka berhitung dua kali karena posisinya terpencil di desa dan sulit dijangkau oleh pembeli dari kota.

Suwanto AR menyebutkan saat ini sentra batik Girli menjadi kawasan wisata terpadu dengan nama Desa Wisata Batik Kliwonan. Di Sentra Batik Kliwonan ada sekitar 85 Usaha Kecil Menengah yang telah menyerap 5.000 tenaga pembuat batik.

Tentang motif, motif batik Girli yang diproduksi masyarakat di Desa Kliwonan maupun di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen motifnya hampir sama dengan motif batik Solo maupun Jogya, bahkan batik pesisiran. Namun motif batik Sragen cenderung berwarna dasar lebih terang daripada batik Solo.

Motifnya lebih kaya dengan ornamen flora dan fauna, yang dikombinasi dengan motif klasik, seperti diberi isen-isen motif Parang, Sidoluhur, Kawung, Truntum dan sejenisnya.

(Eri Maryana)

Advertisement
Kata Kunci : Asaran Batik Kliwonan Sragen
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif