Soloraya
Selasa, 8 November 2011 - 11:46 WIB

Musim hujan, saluran rusak di Karangmojo kian parah

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

AMBROL--Kaur Pembangunan Desa Karangmojo, Weru, Marjoko dan Kepala Dusun (Kadus) Ngadisari, Ngateman, menunjukkan lokasi saluran dan jembatan di Dukuh Bulurejo Desa Karangmojo yang ambrol selama hampir satu tahun terakhir. Warga membuat sesek agar jembatan tersebut tetap bisa dilintasi pejalan kaki. Foto diambil September 2011. (dok Solopos)

Sukoharjo  (Solopos.com)–Warga Desa Karangmojo, Kecamatan Weru, Sukoharjo  mengeluhkan kerusakan saluran di Dukuh Bulurejo yang kian parah memasuki musim penghujan.

Advertisement

Selain menghanyutkan tanah pekarangan warga, luapan air dan lumpur menyebabkan jalan Weru – Watu Kelir sering dipenuhi lumpur.

Sekretaris Desa (Sekdes) Karangmojo, Sudarsono, menyatakan pemerintah desa tidak dapat berbuat banyak guna mengatasi persoalan tersebut. Pihaknya berharap segera ada perhatian dari Pemkab Sukoharjo karena jika dibiarkan berlarut-larut kerusakan saluran dipastikan akan kian bertambah parah.

Advertisement

Sekretaris Desa (Sekdes) Karangmojo, Sudarsono, menyatakan pemerintah desa tidak dapat berbuat banyak guna mengatasi persoalan tersebut. Pihaknya berharap segera ada perhatian dari Pemkab Sukoharjo karena jika dibiarkan berlarut-larut kerusakan saluran dipastikan akan kian bertambah parah.

“Kita sudah lapor sejak dulu. Semua instansi juga sudah mengecek, tapi sampai sekarang belum ada kejelasan soal perbaikan. Warga berharap secepatnya,” ungkapnya ketika ditemui Espos, pekan lalu.

Sudarsono menyebutkan proyek perbaikan saluran di Bulurejo membutuhkan biaya ratusan juta karena satu paket dengan pembangunan jembatan yang ambrol di lokasi.

Advertisement

Terpisah Kepala Dusun (Kadus) Ngadisari,  Desa Karangmojo, Ngateman,mengatakan titik longsor saluran di Bulurejo terus melebar setelah datangnya musim hujan. Dia mempekirakan saluran yang rusak berat karena tidak mampu menampung debit air ketika banjir mencapai sepanjang 700 meter.

“Selain merusak saluran, banjir juga membawa lumpur dan membuat jalan (Weru-Watu Kelir) selalu tertutup lumpur setelah hujan. Akibatnya jalan sangat licin dan sering terjadi kecelakaan,” paparnya.

Menurut Ngateman, warga sudah berupaya memasang patok-patok di sepanjang tepi saluran untuk meminimalisasi adanya risiko longsor ketika musim penghujan. Namun, kata dia, hal itu tidak efektif karena kayu atau bambu yang dipasang tidak mampu bertahan lama dan hilang terbawa arus banjir.

Advertisement

“Kalau penanggulangan warga tidak tahu harus bagaimana lagi, kami tunggu pemerintah. Apalagi biayanya sangat besar. Sekarang kasihan masyarakat sering jadi korban saat melintas di jalan di bawah saluran yang selalu penuh lumpur dan sangat lincin setelah turun hujan dan banjir,” keluhnya.

Ngateman menambahkan, kondisi saluran kian memprihatinkan karena setiap terjadi banjir hampir pasti disertai longsor saluran.

“Musim penghujan seolah-olah kalau kena air tanah seperti lumpur, langsung larut dan terbawa arus, tidak ada kekuatan yang membuatnya tetap bertahan.”

Advertisement

(try)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif