Solo (Solopos.com)–Sebanyak Rp 20 triliun potensi komoditas jamu di Indonesia hilang. Saat ini, Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia mencatat dari potensi Rp 30 triliun, hanya Rp 10 triliun yang tergali.
Ketua GP Jamu Indonesia, Charles Saerang, mengatakan industri dan pelaku usaha jamu menemui sejumlah kendala saat mengembangkan bisnis mereka. Kendala tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang tak mendukung para pengusaha, dan persaingan dengan herbal luar Indonesia yang leluasa masuk ke pasar Tanah Air.
Akibat kendala-kendala itu, kini industri jamu Tanah Air stagnan.
“Kita stagnan. Tidak bisa berkembang setidaknya dalam lima tahun terakhir,” tegas Charles, saat ditemui wartawan, di sela-sela menjadi pembicara dalam Pertemuan Aliansi Strategi Bidang Obat Tradisional di Hotel Solo Paragon, Kamis (27/10/2011).
Berdasarkan catatan Charles, potensi produk jamu Indonesia bisa mencapai Rp 30 triliun di pasar lokal dan Rp 10 triliun untuk ekspor.
Sayangnya, pada kenyataannya di pasar lokal potensi yang tergali hanya Rp 10 trilun. Dari angka itu hanya Rp 3 triliun yang digunakan untuk jamu alias kesehatan. Selebihnya potensi produk jamu dipakai untuk perawatan tubuh semacam spa, minuman berenergi, dan aroma terapi. “Hanya Rp 3 triliun untuk jamu, kecil sekali,” tandasnya.
(tsa)