News
Kamis, 27 Oktober 2011 - 19:00 WIB

Potensi komoditas jamu Rp 20 di Indonesia hilang

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ilustrasi (Dok.SOLOPOS), OBAT TRADISIONAL--Pekerja mengemasukkan serbuk jamu ke dalam kemasan di Pabrik jamu Wisnu, Nguter, Sukoharjo, Sabtu (7/9).Surga bagi industri. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Solo (Solopos.com)–Sebanyak Rp 20 triliun potensi komoditas jamu di Indonesia hilang. Saat ini, Gabungan Pengusaha (GP) Jamu Indonesia mencatat dari potensi Rp 30 triliun, hanya Rp 10 triliun yang tergali.

Advertisement

Ketua GP Jamu Indonesia, Charles Saerang, mengatakan industri dan pelaku usaha jamu menemui sejumlah kendala saat mengembangkan bisnis mereka. Kendala tersebut berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang tak mendukung para pengusaha, dan persaingan dengan herbal luar Indonesia yang leluasa masuk ke pasar Tanah Air.

Akibat kendala-kendala itu, kini industri jamu Tanah Air stagnan.

“Kita stagnan. Tidak bisa berkembang setidaknya dalam lima tahun terakhir,” tegas Charles, saat ditemui wartawan, di sela-sela menjadi pembicara dalam Pertemuan Aliansi Strategi Bidang Obat Tradisional di Hotel Solo Paragon, Kamis (27/10/2011).

Advertisement

Berdasarkan catatan Charles, potensi produk jamu Indonesia bisa mencapai Rp 30 triliun di pasar lokal dan Rp 10 triliun untuk ekspor.

Sayangnya, pada kenyataannya di pasar lokal potensi yang tergali hanya Rp 10 trilun. Dari angka itu hanya Rp 3 triliun yang digunakan untuk jamu alias kesehatan. Selebihnya potensi produk jamu dipakai untuk perawatan tubuh semacam spa, minuman berenergi, dan aroma terapi. “Hanya Rp 3 triliun untuk jamu, kecil sekali,” tandasnya.

(tsa)

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : Hotel Solo Paragon
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif